MEMBACA
PERMULAAN dan MEMBACA LANJUTAN dalam MEMBACA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
Karena dengan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Membaca Permulaan dan Membaca Lanjutan”. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu
Risma Khaerunnisa, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Membaca yang telah
membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman seperjuangan yang telah berkontribusi kepada kami.
Tujuan kami menyusun makalah ini, yaitu untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Membaca dan sekaligus berbagi ilmu
pengetahuan kepada para pembaca tentang membaca permulaan dan membaca lanjutan.
Kami selaku penyusun berharap makalah ini dapat
menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang membaca permulaan dan membaca
lanjutan khususnya untuk kami dan
umumnya untuk para pembaca. Walaupun makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang
sifatnya membangun. Terimakasih.
Majalengka,
16 Oktober 2015
Penyusun
Bab
1 Pendahuluan
1.
Latar
Belakang
1. Pengertian Membaca
Menurut Soedarso (2002: 14) membaca didefinisikan
secara singkat sebagai interaksi pembaca terhadap pesan tulis. Dipihak lain,
Spobek dan Sarasco (Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi, 1999: 31) mengatakan
bahwa membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Sedangkan
Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar
(2008: 246) mengatakan bahwa membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang
tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa
yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses
mental dalam sistem kognisinya. Lebih lanjut Puji Santosa (2009: 6.3) berpendapat,
membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis. Pesan dari sebuah teks atau
barang cetak lainnya dapat diterima apabila
pembaca dapat membacanya dengan tepat, akan tetapi terkadang pembaca
juga salah dalam menerima pesan dari
teks atau barang cetak manakala pembaca salah dalam membacanya.
Menurut H.G.Tarigan (2008: 7) mendefinisikan
pengertian membaca adalah sebagai suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata – kata atau
bahasa tulis. Menurut Munawir Yusuf (2003: 69) membaca merupakan aktivitas
audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol yang berupa huruf atau kata.
2. Hakikat Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif (Farida Rahim, 2008: 2). Menurut pandangan tersebut, membaca sebagai aktivitas
visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sebagai
suatu aktivitas berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal,
interpretasi, membaca kritis (crtical
reading), dan membaca kreatif (creative reading). Membaca sebagai proses
linguistik, skemata pembaca membantunya membangun makna, sedangkan fonologis,
semantik, dan fitur sintaksis membantunya mengkomunikasikan dan
menginterpretasikan pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan,
pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian. Pembaca pada tahap
ini mengidentifikasi tugas membaca untuk
membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai
hasilnya.
Menurut Saleh Abbas (2006: 101), membaca pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas untuk
menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal,
inferensial, evaluatif, dan kreatif
dengan memanfaatkan pengalaman pembaca. Di pihak lain, Puji Santosa
(2009: 6.3) menyatakan bahwa pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari
dua bagian yaitu membaca sebagai proses
dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik
dan mental. Sedangkan, membaca sebagai produk
mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat
membaca.
3. Tujuan Membaca
Kegiatan membaca erat kaitannya dengan tujuan membaca,
karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami
dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Blankton dan
Irwin (Farida Rahim, 2008: 11) tujuan membaca mencakup :
a)
kesenangan,
b)
menyempurnakan mambaca nyaring,
c)
menggunakan strategi tertentu,
d)
memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik,
e)
mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya,
f)
memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,
g)
mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, dan
h)
menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari
suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.
2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada Membaca Permulaan dan
Membaca lanjutan yaitu :
1. Apakah yang dimaksud membaca permulaan dan
membaca lanjutan?
2. Pembahasan apa saja yang ada didalam membaca
permulaan?
3. Tujuan dan metode apakah yang berada dalam membaca
permulaan?
4. Pembahasan apa saja yang ada didalam membaca
lanjutan?
5. Tujuan dan metode apakah yang berada dalam
membaca lanjutan?
3. Tujuan Masalah
1.Untuk menjabarkan materi yang sudah di
jabarkan melalui persentasi dihadapan rekan – rekan
2.Untuk
menambah wawasan dan pengetahuan si pembaca terhadap makalah ini
3.Untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen
Bab
II Isi
1.
Kemampuan
Membaca Permulaan
Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan
pembelajaran menulis permulaan. Sebelum
mengajarkan menulis, guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau
huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. Pengenalan tulisan beserta
bunyi ini melalui pembelajaran membaca. Supriyadi,
dkk. (1992: 133) mengatakan sebagai berikut. Pengajaran membaca di sekolah
dasar dapat dikelompokan ke dalam dua bagian yaitu membaca permulaan dan
membaca lanjutan. membaca permulaan diberikan di kelas I dan II dengan mengutamakan pada keterampilan
segi mekanisnya. Oleh karena itu, jenis membaca permulaan yang dikembangkan
adalah “membaca teknis”.
Menurut Supriyadi, dkk. (1992: 129)
dalam mengajarkan membaca permulaan seorang guru dalam mengajarkannya adalah
sebagai berikut.
a.
Latihan lafal, baik vocal maupun konsonan.
b.
Latihan nada / lagu ucapan.
c.
Latihan penguasaan tanda-tanda baca.
d.
Latihan pengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide (pemahaman).
e.
Latihan kecepatan mata.
f.
Latihan ekspresi (membaca dengan perasaan).
Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997:
50) pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II itu merupakan pembelajaran membaca
tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dikelas I dan kelas II tersebut
akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Puji Santosa
(2009: 3.19) yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca di SD terdiri dua
bagian yakni: (a) membaca permulaan di kelas I dan II. Melalui membaca permulaan
ini, diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kalimat, dan mampu
membaca dalam berbagai konteks, dan (b) membaca lanjut mulai dari kelas III dan
seterusnya.
Menurut Darmiyati dan Budiasih (1996/1997: 50-51)
membaca permulaan diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut.
a.
Pramembaca, pada tahap ini siswa diajarkan:
(1)
sikap duduk yang baik,
(2)
cara meletakan / menempatkan buku di
meja,
(3)
cara memegang buku,
(4)
cara membalik halaman buku yang tepat,
dan
(5)
melihat / memperhatikan gambar atau tulisan.
b.
Membaca, pada tahap ini siswa diajarkan:
(1)
lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana
(menirukan guru),
(2)
huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah
dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai pada 14
huruf).
Membaca permulaan menurut Sabarti Akhadiah, dkk.
(1992/1993: 11), ditekankan pada “menyuarakan” kalimat-kalimat yang disajikan
dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan
bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.
Dalam hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca. Siswa harus dapat
membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata ataupun mengenali
huruf -huruf yang tertulis.
Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997:
50), kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat
berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Jika pada membaca permulaan
belum kuat, maka pada tahap membaca
lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan yang
memadai. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 123) juga menambahkan bahwa siswa dikatakan mempunyai
kemampuan membaca permulaan manakala siswa tersebut tepat dalam meyuarakan
tulisan, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan
pemahaman isi / makna.
Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan membaca permulaan adalah kesanggupan siswa dalam mengenal dan
memahami huruf-huruf dan lambang-lambang tulisan yang kemudian diucapkan dengan
menitikberatkan aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang
wajar, kelancaran dan kejelasan suara.
Selain itu, di dalam kemampuan membaca permulaan juga terdapat aspek keberanian.
5.
Jenis-jenis Membaca
Sukirno (2009: 6) mengatakan bahwa secara umum jenis
membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca
permulaan diberikan kepada siswa semenjak di Taman Kanak-kanak, kelas 1, dan
kelas 2 Sekolah Dasar, sedangkan untuk membaca lanjut diberikan kepada siswa
kelas 3 Sekolah Dasar sampai di Perguruan Tinggi. Membaca permulaan disajikan malalui dua cara yaitu
membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca
permulaan tanpa buku, artinya seseorang saat membaca tidak menggunakan buku,
akan tetapi menggunakan media lain. Hal
tersebut berbeda dengan membaca permulaan dengan menggunakan buku, artinya
seseorang saat membaca sudah dengan menggunakan buku.
Anderson,
dkk. (Sabarti Akhadiah, dkk., 1992/1993: 23-24) mengemukakan ciri- ciri membaca
permulaan bahwa membaca, sebagai berikut :
a.
Merupakan proses konstruktif.
b.
Harus lancar.
c.
Harus dilakukan dengan strategi yang tepat.
d.
Memerlukan motivasi.
e.
Merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan.
Menurut Supriyadi, dkk. (1992: 127) pada membaca
permulaan terdapat satu jenis membaca, yaitu membaca teknis (membaca nyaring).
Di Sekolah Dasar jenis membaca dengan cara menyaringkan atau menyuarakan apa
yang dibaca sebagian besar atau bahkan sepenuhnya dilakukan pada kelas I dan
II, sedangkan pada kelas yang lebih tinggi frekuensi kegiatan membaca teknis semakin
dikurangi karena pada kelas tinggi mengutamakan aspek pemahaman. Membaca teknis
ini juga bertujuan untuk melatih siswa
dalam menyuarakan lambang-lambang tertulis (Sabarti Akhadiah, dkk., 1992/1993:
30). Pelaksanaan membaca teknis (membaca
nyaring) dilakukan dengan vokalisasi.
Kegiatan membaca teknis (membaca nyaring) di samping
berfungsi untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian,
pelaksanaan pengajarannya menekankan pada segi penguasaan, sebagai
berikut.
a.
Lafal bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
b.
Jeda, lagu, dan intonasi yang tepat.
c.
Penggunaan tanda-tanda baca.
d.
Mengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide.
e.
Menggerakan mata dan memlihara kontak mata.
f.
Berekspresi (membaca dengan perasaan).
(Supriyadi,
dkk., 1992: 137)
2.
Tujuan
Membaca Permulaan
Tujuan membaca pada kelas 1 & 2
yaitu agar siswa dapat membaca kata – kata dan kalimat sederhana dengan lancar
dan tepat, atau bias sebagai berikut :
1.
Mengenali &
memahami sitem lambang tulisan
2.
Mengenali kata
dan kalimat
3.
Menemukan ide
pokok & kata kunci
4.
Menceritakan
kembali isi bacaan pendek
3.
Metode
Membaca Permulaan di Sekolah Dasar
1. Metode Abjad (Alphabet)
Pembelajaran membaca permulaan dengan
metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis.
Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya
menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p,
q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut
berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk
mengenal suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yan sudah
dikenalnya.
Contoh : b dan a dibaca ba
C dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut dibaca
menjadi “baca”.
2. Metode Eja (Spelling Method)
Metode eja adalah belajar membaca yang
dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja
adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang
huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kita lembaga didasarkan
atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis
permulaan dengan menampilkan kata-kata.
Metode ini hampir sama dengan metode
abjad. Perbedaanya terletak pada system pelafalan abjad atau huruf (baca:
beberapa konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan
dengan e pepet.
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /ec/
Huruf f dilafalkan /ep/
Huruf k dilafalkan /ek/
Metode pembelajaran di atas dapat
diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan
memilih salahsatu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa.
Guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan
digunakan sebagai berikut:
1.
Dapat menyenangkan siswa
2.
Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3.
Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
4.
Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
3. Metode Suku Kata (Syllabic Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan
suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca.ci,cu,ce,co, da,di,du,de,do, dan
seterusnya. Kemudian suku – suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata- kata
yang bermakna, misalnya:
Ba – bi cu – ci da – da
Ba – bu ca – ci du – da
Bi – bi ca – ca da – du
Ba – ca cu – cu di – di
Kemudian dari sukun kata diatas
dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang dimaksud dengan proses perangkaian
kata menjadi kalimat sederhana.
Contoh:
Da – da ba – bi
Bi – bi ca – ca
Ba – bu di – di (dan seterusnya)
Kemudian ditindaklanjuti dengan proses
pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa
terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku –
suku kata.
(kalimat → kata – kata → suku – suku
kata)
4. Metode Kata (Whole Word Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan
kata yang bermakna, fungsional, dan kontekstual. Sebaiknya dikenalkan dengan
kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan suku
kata tersebut dengan membaca kata secara perlahan, dan memberikan jeda pada
tiap suku kata. Hal ini dapat dikombinasikan dengan gerakan tepukan tangan pada
setiap suku kata. Tujuannya merangsang motorik anak serta melatih anak mengenal
penggalan suku kata.
5. Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
Decroly.”Kemudian Depdiknas (2000:6)
mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara
utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru
mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar.
Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar.
Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi
suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global
adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan
gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini
Nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata:
/ini/ /Nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadisuku
kata: i – ni - na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi
huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i
6. Metode SAS (Structural, Analytic,
Syntatic)
Metode SAS merupakan singkatan dari
“Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS merupakan salah satu jenis metode
yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran menulis membaca permulaan bagi
siswa pemula.
Dalam proses operasionalnya metode SAS
mempunyai langkah langkah berlandaskan operasional dengan urutan :
•
Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat pada
anak
•
Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal konsep
kata dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan
suku kata menjadi huruf.
•
Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula,
setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku kata, suku kata
menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.
7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps
Steinberg Method)
Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap
(langkah) dalam pembelajaran membaca permulaan, yaitu :
a.
Mengenal kata dan maknanya (membaca kata dengan gambar)
b.
Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar)
c.
Membaca frase atau kalimat
d.
Membaca teks atau wacana
2.
Kemampuan
Membaca Lanjutan
Membaca lanjut
merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang
terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar
(reading to learn). Membaca lanjut adalah ketrampilan membaca yang baru dapat
di lakukan bila si pembaca telah dapat membaca teknik atau membaca permulaan
sebab membaca teknik menjadi dasar membaca lanjut maka dari itu membaca
lanjutan ini dimulai pada kelas tinggi di dalam sekolah dasar.
1. Tujuan membaca
lanjutan
ü Mampu
membaca dengan lancar & dpt menceritakan kembali dengan kata – kata sendiri
ü Mampu
membaca dengan lancar & memahami isinya
ü Mampu
mencari kata – kata yg sukar dengan menggunakan kamus atau sumber – sumber lain
ü Mampu
memahami dan menyerap cerita, puisi & drama yg berkesan dan dapat memberi
tanggapan
ü Mampu
membaca teks bacaan & menyimpulkan isinya dengan kata – kata sendiri
ü Mampu
membaca teks bacaan secara cepat &
dapat memncatat gagasan – gagasan utama
ü Mampu
membaca teks bacaan serta dapat mengutarak pendapat & tanggapan mengenai
isinya
ü Mampu
membaca sekaligus suatu teks bacaan & menemukan garis besar isinya
2. Jenis jenis
membaca tingkat lanjut.
ü Membaca
pemahaman
Membaca pemahaman atau
reading for understanding adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan
tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan, membaca
pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi
bacaan bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.Pembelajaran
membaca pemahaman menurut Akhadiah (1933:37) dimulai di kelas III SD yaitu setelah siswa telah memiliki
pengetahuan dasar membaca yang diperolehnya di kelas I dan II yang diberikan melalui sub-sub pokok
bahasan membaca pemahaman dengan tujuan agar siswa mampu memahami , menafsirkan
serta menghayati isi bacaan.
ü Membaca memindai
Membaca memindai atau
disebut juga membaca tatap atau (scanning) merupakan kegiatan membaca yang
sangat cepa untuk memperoleh informasi tertentu dari bacaannya, ketika seorang
siswa membaca dengan teknik memindai maka dia akan melampaui banyak kata. Menurut
mikulecky dan Jeffries (Rahim 2005 :52) membaca memindau penting untuk
meningkatkan kemampuan membaca. Siswa yang menggunakan teknik Membaca memindai
akan mencari informasi secepat mungkin.
ü Membaca layap
Membaca layap atau
membaca sekilas (skimming) adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat
melihat , memperhatikan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian
dalam suatu bacaan. Membaca dengan cepat sering dibutuhkan ketika sedang membaca.
Menurut mikulecky dan Jeffries (Rahim 2005 :61) teknik membaca sekilas
dibutuhkan pada saat kita ingin mengetahui sudut pandang penulis tentang
sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf atau menemukan gagasan umum dengan
cepat .
ü Membaca intensif
Membaca intensive atau
intensive reading adalah proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat ,
dan teliti dalam penangan terperinci yang dilakukan pada saat membacakarena
kegiatan membaca intensif ini tidak semata – mata merupakan kegiatan membaca
saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi bacaan dalam kegiatan membaca
intensif ini teks yang dibaca biasanya disajikan teks yang pendek pendek. Tarigan
(1992 : 36) mengatakan bahwa, Hubungan dengan tingkat pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas sekali terlihat
bahwa kecepatan akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian pemahaman
semakin bertambah, semakin meningkat.namun ada factor factor lain yang turut
campur dalam hal ini, salah satu diantaranya adalah kejelasan isi teks itu sendirim
factor lain adalah pengenalan pembaca terhadap isi bacaan.
ü Membaca nyaring
Membaca nyaring atau
membaca bersuara keras merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak. Dengan kata lain seluruh siswa
yang ada di dalam kelas akan memperhatikan bahan bacaan sehingga ketika
seseorang membaca akan tahu kesalahannya. Kegiatan yang paling penting untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan berbahasa siswa memerlukan membaca
nyaring. Program yang kaya dengan membaca nyaring dibutuhkan untuk semua siswa
karena membantu siswa memperoleh fasilitas menyimak, memperhatikan sesuatu
secara lebih baik, memahami suatu cerita, mengingat secara terus menerus
mengungkapkan kata-kata, serta menilai kata – kata baru yang muncul dalam
konteks lain (Crowley dan Mountain,Rubin dalam Rahim 2005:123)
ü Membaca dalam
hati
Membaca dalam hati
merupakan jenis kegiatan yang berbeda dengan membacanyaring tetapi memiliki
kesamaan tujuan dalam memahami materi yang terdapat di dlam bacaan. Membaca dalam
hati memberi kesempatan pada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara
lebih mendalam. Membaca dalam hati juga memberi kesempatan guru untuk mengamati
reaksi dan kebiasaan membaca siswa, tujuan membaca dalam hati ialah untuk
melatih siswa menangkap arti bacaan itu dalam waktu singkat dan melatih
kesanggupan siswa untuk memusatkan perhatian dan pemikiran terhadap suatu soal,
serta melatih siswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dibacannya.
3.
Metode
membaca lanjutan
Teknik Membaca
Dalam melakukan
kegiatan membaca, kita perlu mengetahui berbagai teknik membaca agar dapat
membaca secara efisien. Efisiensi membaca akan lebih baik, jika informasi yang
dibutuhkan sudah dapat ditentukan lebih dahulu.Ada beberapa teknik membaca
untuk dapat menemukan informasi fokus dengan efisien, di antaranya: (Tampubolon
dalam Farida Rahim, 2005)
ü Teknik
baca-layap (skimming) : Teknik skimming merupakan keterampilan membaca yang
diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien. Dalam
menggunakan teknik skimming diharapkan dapat
mengambil intisari dari suatu bacaan yang berupa ide pokok atau hal-hal
yang penting (Soedarso, 2004). Teknik membaca skimming juga termasuk membaca
cepat dan digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal topik bacaan, opini,
bagian penting organisasi bacaan, penyegaran dan memperoleh kesan umum dari
sebuah buku yang dibaca.
ü Teknik
baca tatap (scanning) : digunakan untuk menemukan kata tertentu dalam kamus
atau mencari nomor telepon.
ü Teknik
Baca-pilih (selecting) : dilakukan dengan cara memilih bahan/bagian bacaan yang
dianggap relevan dengan kebutuhan pembacanya.
ü Teknik
Baca-lompat (skipping) : dipakai untuk menemukan bagian bacaan relevan dengan
kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan cara melompati bagian-bagian yang tidak
diperlukan.
4.
Metode
pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam membaca lanjutan:
ü Pendekatan Komunikatif , yaitu membaca bacaan dan
menyatakan pendapat/ perasaannya.
ü Pendekatan
Integratif yaitu membaca dialog antara
dua orang atau lebih secara perorangan, berpasangan atau kelompok.
ü Pendekatan
keterampilan proses yaitu membaca teks bacaan, menemukan gagasan utama dan
menjawab pertanyaan yang diajukan.
ü Pendekatan
tematis, yaitu membaca novel anak-anak dan membicarakan isinya
Bab
III Penutup
1.
Kesimpulan
·
Pembelajaran
membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran menulis permulaan. Sebelum mengajarkan menulis, guru
terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada
kata-kata dalam kalimat
·
Tujuan membaca
pada kelas 1 & 2 yaitu agar siswa dapat membaca kata – kata dan kalimat
sederhana dengan lancar dan tepat
·
Metode Membaca
Permulaan di Sekolah Dasar
-Metode
Abjad (Alphabet)
-Metode
Eja (Spelling Method)
-Metode
Suku Kata (Syllabic Method)
-Metode
Kata (Whole Word Method)
-Metode
Kalimat/Global (Syntaxis Method)
-Metode
SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
-Metode
4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
·
Membaca lanjut
adalah ketrampilan membaca yang baru dapat di lakukan bila si pembaca telah
dapat membaca teknik atau membaca permulaan sebab membaca teknik menjadi dasar
membaca lanjut maka dari itu membaca lanjutan ini dimulai pada kelas tinggi di
dalam sekolah dasar.
·
Tujuan membaca
lanjutan
-Mampu
membaca dengan lancar & dpt menceritakan kembali dengan kata – kata sendiri
-Mampu
membaca dengan lancar & memahami isinya
-Mampu
mencari kata – kata yg sukar dengan menggunakan kamus atau sumber –sumber lain
-Mampu
memahami dan menyerap cerita, puisi & drama yg berkesan dan dapat memberi
tanggapan
-Mampu
membaca teks bacaan & menyimpulkan isinya dengan kata – kata sendiri
-Mampu
membaca teks bacaan secara cepat &
dapat memncatat gagasan – gagasan utama
-Mampu
membaca teks bacaan serta dapat mengutarak pendapat & tanggapan mengenai
isinya
-Mampu
membaca sekaligus suatu teks bacaan & menemukan garis besar isinya
·
Jenis jenis
membaca tingkat lanjut.
-Membaca
pemahaman
-Membaca
memindai.
-Membaca
layap
-Membaca
intensif
-Membaca
nyaring
-Membaca
dalam hati
·
Teknik Membaca
-Teknik
baca-layap (skimming)
-Teknik
baca tatap (scanning)
-Teknik
Baca-pilih (selecting)
-Teknik
Baca-lompat (skipping)
·
Metode
pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam membaca lanjutan:
-Pendekatan Komunikatif
-Pendekatan
Integratif
-Pendekatan
keterampilan
-Pendekatan
tematis
2.
Saran
1. Dosen diharapkan menjelaskan
keseluruhan dalam satu persatu bab dalam semua materi dalam sebuah buku yang
digunakan. Mahasiswa terkadang kurang memahami apa yang disampaikan oleh
kawannya dalam sebuah persentasi
2. Lebih diperbanyak bimbingan terhadap
suatu penampilan sebelum persentasi
DAFTAR PUSTAKA
http://putrybulan17.blogspot.com/2013/04/keterampilan-membaca.html
pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia di kelas tinggi – UPI PRESS, edisi kesatu
http://susilwatiisah.blogspot.com/2012/11/pertemuan-6-membaca-permulaan-dan.html
good thanks
ReplyDeleteIGT Gaming, Casinos, and Games for sale in Maricopa
ReplyDeleteFind your worrione complete list of casinos, casino-roll.com games and games at IGT poormansguidetocasinogambling.com Gaming apr casino in Maricopa, Arizona. 1. Casinos in Casino nba매니아 at Residence