Friday, 20 July 2018

MEMBACA PERMULAAN dan MEMBACA LANJUTAN dalam MEMBACA




                MEMBACA PERMULAAN dan MEMBACA LANJUTAN dalam MEMBACA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Membaca Permulaan dan Membaca Lanjutan”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Risma Khaerunnisa, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Membaca yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah berkontribusi kepada kami.
Tujuan kami menyusun makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Membaca dan sekaligus berbagi ilmu pengetahuan kepada para pembaca tentang membaca permulaan dan membaca lanjutan.
Kami selaku penyusun berharap makalah ini dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang membaca permulaan dan membaca lanjutan  khususnya untuk kami dan umumnya untuk para pembaca. Walaupun makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang sifatnya membangun.  Terimakasih.



Majalengka, 16 Oktober 2015
Penyusun






Bab 1 Pendahuluan
1.      Latar Belakang
1. Pengertian Membaca 
Menurut Soedarso (2002: 14) membaca didefinisikan secara singkat sebagai interaksi pembaca terhadap pesan tulis. Dipihak lain, Spobek dan Sarasco (Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi, 1999: 31) mengatakan bahwa membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Sedangkan Iskandar Wassid dan  Dadang Sunendar (2008: 246) mengatakan bahwa membaca merupakan kegiatan  untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang dipergunakan, seorang pembaca perlu juga mengaktifkan berbagai proses mental dalam sistem kognisinya. Lebih lanjut Puji Santosa (2009: 6.3) berpendapat, membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis. Pesan dari sebuah teks atau barang cetak lainnya dapat diterima apabila  pembaca dapat membacanya dengan tepat, akan tetapi terkadang pembaca juga salah  dalam menerima pesan dari teks atau barang cetak manakala pembaca salah dalam  membacanya. 
Menurut H.G.Tarigan (2008: 7) mendefinisikan pengertian membaca adalah  sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk  memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata – kata  atau bahasa tulis. Menurut Munawir Yusuf (2003: 69) membaca merupakan aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol yang berupa huruf atau kata.
2. Hakikat Membaca 
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,  tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Farida Rahim, 2008: 2). Menurut  pandangan tersebut, membaca sebagai aktivitas visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu aktivitas berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis  (crtical reading), dan membaca kreatif (creative reading). Membaca sebagai proses linguistik, skemata pembaca membantunya membangun makna, sedangkan fonologis, semantik, dan fitur sintaksis membantunya mengkomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian. Pembaca pada tahap ini  mengidentifikasi tugas membaca untuk membentuk strategi membaca yang sesuai, memonitor pemahamannya, dan menilai hasilnya. 
Menurut Saleh Abbas (2006: 101), membaca pada hakikatnya adalah suatu  aktivitas untuk menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat  dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif, dan kreatif  dengan memanfaatkan pengalaman pembaca. Di pihak lain, Puji Santosa (2009: 6.3) menyatakan bahwa pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian yaitu  membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan, membaca sebagai produk  mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
3. Tujuan Membaca 
Kegiatan membaca erat kaitannya dengan tujuan membaca, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Blankton dan Irwin (Farida Rahim, 2008: 11) tujuan membaca mencakup : 
a) kesenangan, 
b) menyempurnakan mambaca nyaring, 
c) menggunakan strategi tertentu, 
d) memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik, 
e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya,  
f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, 
g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, dan 
h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.



2.         Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada Membaca Permulaan dan Membaca lanjutan yaitu :
1. Apakah yang dimaksud membaca permulaan dan membaca lanjutan?
2. Pembahasan apa saja yang ada didalam membaca permulaan?
3. Tujuan dan metode apakah yang berada dalam membaca permulaan?
4. Pembahasan apa saja yang ada didalam membaca lanjutan?
5. Tujuan dan metode apakah yang berada dalam membaca lanjutan?

3.         Tujuan Masalah
1.Untuk menjabarkan materi yang sudah di jabarkan melalui persentasi dihadapan rekan – rekan
2.Untuk  menambah wawasan dan pengetahuan si pembaca terhadap makalah ini
3.Untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen








Bab II Isi

1.      Kemampuan Membaca Permulaan 
Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran menulis  permulaan. Sebelum mengajarkan menulis, guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. Pengenalan tulisan beserta bunyi ini melalui pembelajaran membaca.  Supriyadi, dkk. (1992: 133) mengatakan sebagai berikut. Pengajaran membaca di sekolah dasar dapat dikelompokan ke dalam dua bagian yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan. membaca permulaan diberikan di  kelas I dan II dengan mengutamakan pada keterampilan segi mekanisnya. Oleh karena itu, jenis membaca permulaan yang dikembangkan adalah “membaca teknis”. 
Menurut Supriyadi, dkk. (1992: 129) dalam mengajarkan membaca permulaan seorang guru dalam mengajarkannya adalah sebagai berikut. 
a. Latihan lafal, baik vocal maupun konsonan. 
b. Latihan nada / lagu ucapan. 
c. Latihan penguasaan tanda-tanda baca. 
d. Latihan pengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide (pemahaman). 
e. Latihan kecepatan mata. 
f. Latihan ekspresi (membaca dengan perasaan). 
Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50) pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II itu merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh siswa dikelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya. 
Hal yang sama juga disampaikan oleh Puji Santosa (2009: 3.19) yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca di SD terdiri dua bagian yakni: (a) membaca permulaan di kelas I dan II. Melalui membaca permulaan ini, diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kalimat, dan mampu membaca dalam berbagai konteks, dan (b) membaca lanjut mulai dari kelas III dan seterusnya. 
Menurut Darmiyati dan Budiasih (1996/1997: 50-51) membaca permulaan diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut. 
a. Pramembaca, pada tahap ini siswa diajarkan:
(1) sikap duduk yang baik,
(2) cara  meletakan / menempatkan buku di meja,
(3) cara memegang buku,
(4) cara  membalik halaman buku yang tepat, dan
(5) melihat / memperhatikan gambar atau  tulisan. 
b. Membaca, pada tahap ini siswa diajarkan:
(1) lafal dan intonasi kata dan kalimat  sederhana (menirukan guru),
(2) huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai pada 14 huruf). 
Membaca permulaan menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1992/1993: 11), ditekankan pada “menyuarakan” kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan bentuk tulisan ke dalam  bentuk lisan. Dalam hal ini, tercakup pula aspek kelancaran membaca. Siswa harus dapat membaca wacana dengan lancar, bukan hanya membaca kata-kata ataupun mengenali huruf -huruf yang tertulis. 
Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50), kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Jika pada membaca permulaan belum kuat, maka pada  tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan yang memadai. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 123) juga  menambahkan bahwa siswa dikatakan mempunyai kemampuan membaca permulaan manakala siswa tersebut tepat dalam meyuarakan tulisan, kewajaran lafal, kewajaran intonasi, kelancaran, kejelasan suara, dan pemahaman isi / makna. 
Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kesanggupan siswa dalam mengenal dan memahami huruf-huruf dan lambang-lambang tulisan yang kemudian diucapkan dengan menitikberatkan aspek ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan  kejelasan suara. Selain itu, di dalam kemampuan membaca permulaan juga terdapat  aspek keberanian. 
5. Jenis-jenis Membaca 
Sukirno (2009: 6) mengatakan bahwa secara umum jenis membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan diberikan kepada siswa semenjak di Taman Kanak-kanak, kelas 1, dan kelas 2 Sekolah Dasar, sedangkan untuk membaca lanjut diberikan kepada siswa kelas 3 Sekolah Dasar sampai di Perguruan Tinggi.  Membaca permulaan disajikan malalui dua cara yaitu membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca permulaan tanpa buku, artinya seseorang saat membaca tidak menggunakan buku, akan tetapi menggunakan  media lain. Hal tersebut berbeda dengan membaca permulaan dengan menggunakan buku, artinya seseorang saat membaca sudah dengan menggunakan buku. 
Anderson, dkk. (Sabarti Akhadiah, dkk., 1992/1993: 23-24) mengemukakan ciri- ciri membaca permulaan bahwa membaca, sebagai berikut :
a. Merupakan proses konstruktif. 
b. Harus lancar. 
c. Harus dilakukan dengan strategi yang tepat. 
d. Memerlukan motivasi. 
e. Merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan. 
Menurut Supriyadi, dkk. (1992: 127) pada membaca permulaan terdapat satu jenis membaca, yaitu membaca teknis (membaca nyaring). Di Sekolah Dasar jenis membaca dengan cara menyaringkan atau menyuarakan apa yang dibaca sebagian besar atau bahkan sepenuhnya dilakukan pada kelas I dan II, sedangkan pada kelas yang lebih tinggi frekuensi kegiatan membaca teknis semakin dikurangi karena pada kelas tinggi mengutamakan aspek pemahaman. Membaca teknis ini juga bertujuan  untuk melatih siswa dalam menyuarakan lambang-lambang tertulis (Sabarti Akhadiah, dkk., 1992/1993: 30).  Pelaksanaan membaca teknis (membaca nyaring) dilakukan dengan vokalisasi. 
Kegiatan membaca teknis (membaca nyaring) di samping berfungsi untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian, pelaksanaan pengajarannya menekankan pada segi penguasaan, sebagai berikut. 
a. Lafal bahasa Indonesia dengan baik dan benar. 
b. Jeda, lagu, dan intonasi yang tepat. 
c. Penggunaan tanda-tanda baca. 
d. Mengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide. 
e. Menggerakan mata dan memlihara kontak mata. 
f. Berekspresi (membaca dengan perasaan). 
(Supriyadi, dkk., 1992: 137)
2.   Tujuan Membaca Permulaan
Tujuan membaca pada kelas 1 & 2 yaitu agar siswa dapat membaca kata – kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat, atau bias sebagai berikut :
1.                           Mengenali & memahami sitem lambang tulisan
2.                           Mengenali kata dan kalimat
3.                           Menemukan ide pokok & kata kunci
4.                           Menceritakan kembali isi bacaan pendek

3.   Metode Membaca Permulaan di Sekolah Dasar
1.      Metode Abjad (Alphabet)
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yan sudah dikenalnya.
Contoh :   b dan a dibaca ba
                 C dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca”.
2.      Metode Eja  (Spelling Method)
Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kita lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
Metode ini hampir sama dengan metode abjad. Perbedaanya terletak pada system pelafalan abjad atau huruf (baca: beberapa konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet.
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /ec/
Huruf f dilafalkan /ep/
Huruf k dilafalkan /ek/
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salahsatu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
1.      Dapat menyenangkan siswa
2.      Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3.      Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
4.      Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
3.      Metode Suku Kata (Syllabic Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca.ci,cu,ce,co, da,di,du,de,do, dan seterusnya. Kemudian suku – suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata- kata yang bermakna, misalnya:
Ba – bi cu – ci da – da
Ba – bu ca – ci du – da
Bi – bi ca – ca da – du
Ba – ca cu – cu di – di
Kemudian dari sukun kata diatas dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang dimaksud dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana.
Contoh:
Da – da ba – bi
Bi – bi ca – ca
Ba – bu di – di (dan seterusnya)
Kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku – suku kata.
(kalimat → kata – kata → suku – suku kata)
4.      Metode Kata (Whole Word Method)
Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan kontekstual. Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata tersebut dengan membaca kata secara perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata. Hal ini dapat dikombinasikan dengan gerakan tepukan tangan pada setiap suku kata. Tujuannya merangsang motorik anak serta melatih anak mengenal penggalan suku kata.
5.      Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
Decroly.”Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini Nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /Nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadisuku kata: i – ni - na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i
6.      Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Metode SAS merupakan singkatan dari “Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran menulis membaca permulaan bagi siswa pemula.
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah berlandaskan operasional dengan urutan :
         Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat pada anak
         Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal konsep kata dan mulai menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf.
         Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula, setelah kalimat diuraikan dari huruf dirangkai menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.
7.      Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap (langkah) dalam pembelajaran membaca permulaan, yaitu :
a.    Mengenal kata dan maknanya (membaca kata dengan gambar)
b.    Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar)
c.    Membaca frase atau kalimat
d.   Membaca teks atau wacana
2.      Kemampuan Membaca Lanjutan
Membaca lanjut merupakan tingkatan proses penguasaan membaca untuk memperoleh isi pesan yang terkandung dalam tulisan. Tingkatan ini disebut sebagai membaca untuk belajar (reading to learn). Membaca lanjut adalah ketrampilan membaca yang baru dapat di lakukan bila si pembaca telah dapat membaca teknik atau membaca permulaan sebab membaca teknik menjadi dasar membaca lanjut maka dari itu membaca lanjutan ini dimulai pada kelas tinggi di dalam sekolah dasar.
1.      Tujuan membaca lanjutan
ü  Mampu membaca dengan lancar & dpt menceritakan kembali dengan kata – kata sendiri
ü  Mampu membaca dengan lancar & memahami isinya
ü  Mampu mencari kata – kata yg sukar dengan menggunakan kamus atau sumber – sumber lain
ü  Mampu memahami dan menyerap cerita, puisi & drama yg berkesan dan dapat memberi tanggapan
ü  Mampu membaca teks bacaan & menyimpulkan isinya dengan kata – kata sendiri
ü  Mampu membaca teks bacaan  secara cepat & dapat memncatat gagasan – gagasan utama
ü  Mampu membaca teks bacaan serta dapat mengutarak pendapat & tanggapan mengenai isinya
ü  Mampu membaca sekaligus suatu teks bacaan & menemukan garis besar isinya

2.      Jenis jenis membaca tingkat lanjut.
ü  Membaca pemahaman
Membaca pemahaman atau reading for understanding adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan, membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi  bacaan bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.Pembelajaran membaca pemahaman menurut Akhadiah (1933:37) dimulai di kelas III  SD yaitu setelah siswa telah memiliki pengetahuan dasar membaca yang diperolehnya di kelas  I dan II yang diberikan melalui sub-sub pokok bahasan membaca pemahaman dengan tujuan agar siswa mampu memahami , menafsirkan serta menghayati isi bacaan.
ü  Membaca memindai
Membaca memindai atau disebut juga membaca tatap atau (scanning) merupakan kegiatan membaca yang sangat cepa untuk memperoleh informasi tertentu dari bacaannya, ketika seorang siswa membaca dengan teknik memindai maka dia akan melampaui banyak kata. Menurut mikulecky dan Jeffries (Rahim 2005 :52) membaca memindau penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Siswa yang menggunakan teknik Membaca memindai akan mencari informasi secepat mungkin.
ü  Membaca layap
Membaca layap atau membaca sekilas (skimming) adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat , memperhatikan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan. Membaca dengan cepat sering dibutuhkan ketika sedang membaca. Menurut mikulecky dan Jeffries (Rahim 2005 :61) teknik membaca sekilas dibutuhkan pada saat kita ingin mengetahui sudut pandang penulis tentang sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf atau menemukan gagasan umum dengan cepat .
ü  Membaca intensif
Membaca intensive atau intensive reading adalah proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat , dan teliti dalam penangan terperinci yang dilakukan pada saat membacakarena kegiatan membaca intensif ini tidak semata – mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi bacaan dalam kegiatan membaca intensif ini teks yang dibaca biasanya disajikan teks yang pendek pendek. Tarigan (1992 : 36) mengatakan bahwa, Hubungan dengan tingkat pemahaman ini adalah  kecepatan membaca. Jelas sekali terlihat bahwa kecepatan akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian pemahaman semakin bertambah, semakin meningkat.namun ada factor factor lain yang turut campur dalam hal ini, salah satu diantaranya adalah kejelasan isi teks itu sendirim factor lain adalah pengenalan pembaca terhadap isi bacaan.
ü  Membaca nyaring
Membaca nyaring atau membaca bersuara keras merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak. Dengan kata lain seluruh siswa yang ada di dalam kelas akan memperhatikan bahan bacaan sehingga ketika seseorang membaca akan tahu kesalahannya. Kegiatan yang paling penting untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berbahasa siswa memerlukan membaca nyaring. Program yang kaya dengan membaca nyaring dibutuhkan untuk semua siswa karena membantu siswa memperoleh fasilitas menyimak, memperhatikan sesuatu secara lebih baik, memahami suatu cerita, mengingat secara terus menerus mengungkapkan kata-kata, serta menilai kata – kata baru yang muncul dalam konteks lain (Crowley dan Mountain,Rubin dalam Rahim 2005:123)
ü  Membaca dalam hati
Membaca dalam hati merupakan jenis kegiatan yang berbeda dengan membacanyaring tetapi memiliki kesamaan tujuan dalam memahami materi yang terdapat di dlam bacaan. Membaca dalam hati memberi kesempatan pada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Membaca dalam hati juga memberi kesempatan guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca siswa, tujuan membaca dalam hati ialah untuk melatih siswa menangkap arti bacaan itu dalam waktu singkat dan melatih kesanggupan siswa untuk memusatkan perhatian dan pemikiran terhadap suatu soal, serta melatih siswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari apa yang dibacannya.

3.                                    Metode membaca lanjutan
Teknik Membaca
Dalam melakukan kegiatan membaca, kita perlu mengetahui berbagai teknik membaca agar dapat membaca secara efisien. Efisiensi membaca akan lebih baik, jika informasi yang dibutuhkan sudah dapat ditentukan lebih dahulu.Ada beberapa teknik membaca untuk dapat menemukan informasi fokus dengan efisien, di antaranya: (Tampubolon dalam Farida Rahim, 2005)
ü  Teknik baca-layap (skimming) : Teknik skimming merupakan keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien. Dalam menggunakan teknik skimming diharapkan dapat  mengambil intisari dari suatu bacaan yang berupa ide pokok atau hal-hal yang penting (Soedarso, 2004). Teknik membaca skimming juga termasuk membaca cepat dan digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan, penyegaran dan memperoleh kesan umum dari sebuah buku yang dibaca.
ü  Teknik baca tatap (scanning) : digunakan untuk menemukan kata tertentu dalam kamus atau mencari nomor telepon.
ü  Teknik Baca-pilih (selecting) : dilakukan dengan cara memilih bahan/bagian bacaan yang dianggap relevan dengan kebutuhan pembacanya.
ü  Teknik Baca-lompat (skipping) : dipakai untuk menemukan bagian bacaan relevan dengan kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan cara melompati bagian-bagian yang tidak diperlukan.

4.                                    Metode pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam membaca lanjutan:
ü  Pendekatan  Komunikatif , yaitu membaca bacaan dan menyatakan pendapat/ perasaannya.
ü  Pendekatan Integratif  yaitu membaca dialog antara dua orang atau lebih secara perorangan, berpasangan atau kelompok.
ü  Pendekatan keterampilan proses yaitu membaca teks bacaan, menemukan gagasan utama dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
ü  Pendekatan tematis, yaitu membaca novel anak-anak dan membicarakan isinya






Bab III Penutup

1.      Kesimpulan
·         Pembelajaran membaca permulaan erat kaitannya dengan pembelajaran menulis  permulaan. Sebelum mengajarkan menulis, guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat
·         Tujuan membaca pada kelas 1 & 2 yaitu agar siswa dapat membaca kata – kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat
·         Metode Membaca Permulaan di Sekolah Dasar
-Metode Abjad (Alphabet)
-Metode Eja  (Spelling Method)
-Metode Suku Kata (Syllabic Method)
-Metode Kata (Whole Word Method)
-Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)
-Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
-Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)
·         Membaca lanjut adalah ketrampilan membaca yang baru dapat di lakukan bila si pembaca telah dapat membaca teknik atau membaca permulaan sebab membaca teknik menjadi dasar membaca lanjut maka dari itu membaca lanjutan ini dimulai pada kelas tinggi di dalam sekolah dasar.
·         Tujuan membaca lanjutan
-Mampu membaca dengan lancar & dpt menceritakan kembali dengan kata – kata sendiri
-Mampu membaca dengan lancar & memahami isinya
-Mampu mencari kata – kata yg sukar dengan menggunakan kamus atau sumber –sumber lain
-Mampu memahami dan menyerap cerita, puisi & drama yg berkesan dan dapat memberi tanggapan
-Mampu membaca teks bacaan & menyimpulkan isinya dengan kata – kata sendiri
-Mampu membaca teks bacaan  secara cepat & dapat memncatat gagasan – gagasan utama
-Mampu membaca teks bacaan serta dapat mengutarak pendapat & tanggapan mengenai isinya
-Mampu membaca sekaligus suatu teks bacaan & menemukan garis besar isinya
·         Jenis jenis membaca tingkat lanjut.
-Membaca pemahaman
-Membaca memindai.
-Membaca layap
-Membaca intensif
-Membaca nyaring
-Membaca dalam hati
·         Teknik Membaca
-Teknik baca-layap (skimming)
-Teknik baca tatap (scanning)
-Teknik Baca-pilih (selecting)
-Teknik Baca-lompat (skipping)
·         Metode pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam membaca lanjutan:
-Pendekatan  Komunikatif
-Pendekatan Integratif 
-Pendekatan keterampilan
-Pendekatan tematis

2.      Saran
1.         Dosen diharapkan menjelaskan keseluruhan dalam satu persatu bab dalam semua materi dalam sebuah buku yang digunakan. Mahasiswa terkadang kurang memahami apa yang disampaikan oleh kawannya dalam sebuah persentasi
2.         Lebih diperbanyak bimbingan terhadap suatu penampilan sebelum persentasi









DAFTAR PUSTAKA

http://putrybulan17.blogspot.com/2013/04/keterampilan-membaca.html
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas tinggi – UPI PRESS, edisi kesatu
http://susilwatiisah.blogspot.com/2012/11/pertemuan-6-membaca-permulaan-dan.html

2 comments:

  1. IGT Gaming, Casinos, and Games for sale in Maricopa
    Find your worrione complete list of casinos, casino-roll.com games and games at IGT poormansguidetocasinogambling.com Gaming apr casino in Maricopa, Arizona. 1. Casinos in Casino nba매니아 at Residence

    ReplyDelete