Puisi
dalam Pengantar Kajian Sastra
Puisi
Puisi merupakan karya tulis
yang sangat indah yang pernah ada. Siapapun orangnya yang membaca puisi akan
merasa takjub dan kagum melihat isi atau makna dari puisi yang terkandung.
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni
tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya.
Puisi
sendiri secara etimologis berasal dari bahasa bahasa Yunani, Poesis yang mempunyai arti membuat,
membentuk, membangun, dan menciptakan sesuatu yang berasal dari imajinasi
dirinya sendiri. Jadi, puisi adalah salah satu karya sastra berupa teks sastra
yang dihasilkan dari individu dengan berdasarkan pada setiap pengalaman pribadi
mereka.
Puisi
adalah salah satu bentuk karya sastra yang berasal dari ungkapan isi hati dan
perasaan seorang penyair dengan bahasa yang penuh makna dan terikat dengan
irama, matra, rima, dan juga penyusunan lirik dan bait di dalamnya.
Biasanya puisi lahir buah dari
perasaan dan pemikiran sang penyair yang imajinatif tetapi tetap terstruktur
antara unsur fisik dan batin. Siapa saja yang mendengarkannya akan merasa
tertarik dengan bait bait yang indah yang tertuang di dalam puisi tersebut.
Pengertian Puisi menurut Para Ahli
1. Pengertian Puisi menurut Herman Waluyo
Menurut Herman Waluyo, puisi
adalah suatu karya sastra dengan bentuk tulisan yang paling awal ditulis oleh
manusia.
2. Pengertian Puisi menurut Herbert Spencer
Menurut Herbert Spencer, puisi
adalah bentuk pengucapan ataupun gagasan yang memiliki sifat emosional tetapi
disertai bentuk keindahan didalamnya.
3. Pengertian Puisi menurut James Reevas
Menurut James Reevas, puisi
adalah suatu ekspresi bahasa yang terisi dengan begitu banyak (kaya) daya pikat
di dalamnya.
4. Pengertian Puisi menurut Sumardi
Menurut Sumardi, puisi adalah
sebuah karya sastra yang memiliki gaya bahasa yang dipadatkan, di persingkat,
dan juga diberikan irama di dalamnya dengan bunyi yang padu dan pemilihan
kata-kata di dalamnya bersifat kias atau imajinatif.
5. Pengertian Puisi menurut Thomas Carlye
Menurut Thomas Carlye, puisi
adalah ungkapan yang keluar dari dalam pikiran seseorang dan bersifat musical.
6. Pengertian Puisi menurut Pradopo
Menurut Pradopo, puisi adalah
sebuah rekaman dan juga interpretasi dari sebuah pengalaman manusia yang
menurutnya penting, lalu diubah menjadi wujud yang berkesan.
Sejarah Puisi di Dunia
Sejarah Perkembangan Adanya
Puisi di duniaPuisi sebagai bentuk seni dapat mendahului melek. Banyak karya
kuno, dari Veda India (1700-1200 SM) dan Zoroaster's Gathas (1.200-900 SM) ke
Odyssey (800-675 SM), tampaknya telah disusun dalam bentuk puisi untuk membantu
menghafal dan lisan, dalam prasejarah dan masyarakat kuno. Puisi muncul di antara
catatan-catatan paling awal kebudayaan paling melek huruf, dengan puitis
fragmen-fragmen yang ditemukan pada awal monolit, runestones, dan stelae.
Sejarah Puisi di Indonesia
Puisi adalah
kasusteraan yang paling tua. Sejak dahulu, berpuisi adalah cara kuno dalam
masyarakat, atau pada waktu tersebut di sebut mantra. Dalam masyarakat Jawa
terdapat tradisi nembang Jawa, lirik puisi yang dilagukan. Biasanya, nembang
didendangkan pada acara-acara sakral dan penting, seperti acara mitoni,
siraman, dan pesta desa lainnya. Selain lirik puisi yang ditembangkan, juga
bisa menggunakan kisah cerita, seperti kisah Raden Panji, Dewi Nawang Wulan,
Jaka Tingkir, dan lainnya.
Puisi tidak hanya
dilagukan untuk mengisahkan cerita, namun, puisi juga dapat dijadikan dialog-dialog
dalam pementasan ludruk, ketoprak, drama tradisional Jawa, atau orang Sumatra
Barat menyebutnya Randai. Puisi tak hanya indah kata-katanya, melainkan juga
isinya yang mengandung petuah, nasihat, dan pesan untuk pendengar.
Dalam perkembangan
puisi di Indonesia, dikenal dengan berbagai jenis tipografi dan model puisi
yang menunjukkan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri struktur puisi dari
jaman ke jaman tidak hanya ditandai dengan struktur fisik, tetapi juga oleh
struktur makna atau tematiknya.
Berikut perkembangan
puisi di Indonesia, mulai dari angkatan balai pustaka, hingga puisi jaman
sekarang.
1. Balai Pustaka
2. Pujangga Baru
(1933-1945)
3. Angkatan 45
(1945-1953)
4. Periode 1953-1961
5. Angkatan 66
(1963-1970)
6. Puisi Kontemporer
(1970 – sekarang)
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan
puisi baru :
A. Puisi Lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
1.
Jumlah kata dalam 1 baris
2.
Jumlah baris dalam 1 bait
3.
Persajakan (rima)
4.
Banyak suku kata tiap baris
5.
Irama
Ciri puisi lama:
1.
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama
pengarangnya.
2.
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra
lisan.
3.
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris
tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
Mantra
adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki
kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Pantun
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait
4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran,
2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari
pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Karmina
adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Seloka
adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Gurindam
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap
bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Talibun
adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6,
8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
B. Puisi Baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
1.
Bentuknya rapi, simetris;
2.
Mempunyai persajakan akhir (yang
teratur);
3.
Banyak mempergunakan pola sajak
pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
4.
Sebagian besar puisi empat
seuntai;
5.
Tiap-tiap barisnya atas sebuah
gatra (kesatuan sintaksis)
6.
Tiap gatranya terdiri atas dua
kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
Balada
adalah puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini
terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema
rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c.
Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait
berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada
Matinya Seorang Pemberontak”.
Himne
adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau
pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa,
Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai
puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru,
pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara
sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang
patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
Ode
adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan
gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang
mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Epigram
adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram
berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik;
nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada
teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di
depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti
tergilas.
(Iqbal)
Romansa
adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan;
persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Elegi
adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi
sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau
rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada
cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu
tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau
berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari
berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak
bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang
ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap
harap
sekali tiba di ujung dan sekalian
selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan
bisa terdekap
(Chairil Anwar)
Satire
adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari
bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu
fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura,
rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan
rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa
pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
Sedangkan macam-macam
puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
Distikon, adalah puisi yang
tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
Terzina, puisi yang tiap
baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
Kuatrain, puisi yang tiap
baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Kuint, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Sektet, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Septime, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad Yamin)
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang
tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan
seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Soneta
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang
terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait
kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa
Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi
yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan
oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang
dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia
tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih
mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah
jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b
)
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b
)
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
C. Puisi Kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai
dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir
dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata
yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan,
dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer
dibedakan menjadi 3 yaitu
Puisi mantra adalah puisi yang
mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama
memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
Mantra bukanlah sesuatu yang
dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan
akibat tertentu
Mantra berfungsi sebagai penghubung
manusia dengan dunia misteri
Mantra mengutamakan efek atau akibat
berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk
Kapak, 1981)
Puisi mbeling adalah bentuk
puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak,
dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi
Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi.
Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
Mengutamakan unsur kelakar; pengarang
memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan
tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan
(tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya
sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok
mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak
bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu
terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak
Sikat Gigi, 1974)
Menyampaikan kritik sosial terutama
terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
Menyampaikan ejekan kepada para
penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik
Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
Puisi konkret adalah puisi yang
disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai
gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai
media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang
diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi
penyairnya.
Contoh:
Doktorandus Tikus I
selusin toga
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional
ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan
persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan
dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan
baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar
(pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau
perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan
unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh
perenungan (kontemplatif)
Ciri-ciri Puisi
Ciri-ciri puisi secara
umum yang perlu kamu ketahui adalah sebagai berikut :
o
Bahasa yang biasanya dipakai untuk membentuk
puisi bersifat Konotatif.
o
Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa dalam
puisi harus rapi, indah, dan juga tertata dengan baik untuk menghasilkan irama
atau bunyi akhirnya.
o
Setiap puisi mempunyai pemadatan kata dari
seluruh unsur kemampuan bahasa.
o
Puisi biasanya mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan penyair dari ruang lingkup dan juga pengalaman yang mereka yang
diaplikasikan se-imajinatif mungkin.
Unsur-Unsur Puisi
Dalam menyusun, menulis,
membaca, atau mengenali sebuah puisi, kita juga harus mengetahui unsur-unsur
pembentuk struktur dari sebuah puisi. Secara umum, unsur tersebut dibagi
menjadi dua struktur penting, yaitu struktur puisi yang bersifat fisik dan
struktur puisi yang bersifat batin . Diantaranya yaitu :
Struktur Unsur Fisik Puisi
Tipografi atau Perwajahan Puisi
Tipografi atau perwajahan
puisi adalah bentuk puisi itu sendiri seperti halaman yang tidak dipenuhi
dengan kata-kata, pengaturan baris pada puisi, rata kanan atau kiri, jumlah
barisnya, serta apakah puisi itu diawali dengan huruf besar atau kecil dan
penggunaan tanda titik. Kesemua itu menentukan makna dari sebuah puisi itu
sendiri.
Diksi
Diksi adalah pemilihan
untuk kata-kata yang digunakan oleh sang penyair dalam menyusun puisinya.
Karena puisi merupakan bentuk karya sastra yang di setiap katanya dapat
mengungkapkan banyak hal, maka dari itu dalam menyusunnya harus dipilih
kata-kata yang tepat secermat mungkin.
Imaji
Imaji ialah kelompok kata atau susunan kata yang tercipta
dan diungkapkan dari apa yang dirasakan oleh bagian indrawi kita. Misalnya dari
perasaan, pendengaran, dan penglihatan. Karena itu imaji dibagi menjadi tiga
jenis suara auditif yaitu visual, raba, dan juga imaji taktil.
Dalam penggunaannya, imaji
ini menuntut kita sebagai pembaca untuk turut serta dengan apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, dan dialami oleh sang penyair tersebut.
Gaya Bahasa
Maksud dari gaya bahasa
adalah cara dalam penggunaan bahasa yang memberikan efek hidup atau
meningkatkan dampak atau konotasi tertentu dengan bahasa yang figuratif. Dan
hal ini biasanya menyebabkan puisi menjadi prismatis alias menjadi kaya akan
makna.
Gaya bahasa sendiri
biasanya disebut dengan majas dan tersusu dari 18 tipe majas, diantaranya adalah
majas personifikasi, ironi, metafora, alusio, satire, dan masih banyak lagi
jenis majas yang lainnya.
Struktur Unsur Batin Puisi
Tema atau Makna
Tema atau Makna adalah
arti tersirat yang menjadikan puisi tersebut memiliki kesan dan arti mendalam
bagi penciptanya ataupun pembacanya. Ini dikarenakan puisi adalah sebuah bahasa
yang harus memiliki makna di tiap kata, baris, bait, dan juga di setiap
keseluruhan puisi tersebut.
Rasa atau Feeling
Rasa atau Feeling adalah sebuah sikap dari penyair tentang pokok
permasalahan yang berada di dalam puisinya. Rasa sangat berhubungan sekali
dengan tema dan biasanya berkaitan erat dengan kondisi sosial dan juga
psikologi penyair tersebut.
Kedalaman makna dari
ungkapan tema dan rasa tidak tergantung dari penyair dalam memilih kata, rima,
gaya bahasa, dan bentuk puisinya saja. Tetapi juga tercipta dari sebuah
wawasan, pengetahuan, kepribadian, dan juga pengalaman yang dimiliki oleh sang
penyair.
Nada atau Tone
Nada atau tone merupakan
suara dan sikap yang diungkapkan oleh penyair kepada pembacanya. Nada ini
biasanya berhubungan dengan tema dan juga rasa.
Dan dalam contoh
penyampaiannya, misalnya penyair akan menggunakan nada yang bersifat menggurui,
mendikte, dan bekerjasama dengan pembaca untuk memecahkan dan memecahkan
masalah terhadap pembaca dengan nada yang tinggi untuk menciptakan kesombongan,
dll.
Amanah atau Intention
Amanah adalah sebuah atau
beberapa pesan yang terkandung di dalam puisi dan disampaikan kepada pembaca
oleh penyair. Dan biasanya pesan-pesan ini diungkapkan oleh penyair dengan
kata-kata yang rumit dan ungkapan yang tersembunyi.
Hakikat Puisi
Sebagai sebuah karya
sastra, puisi tetap harus memiliki kemampuan menampung segala unsur yang
berkaitan dengan kesastraan. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan
untuk memahami hakikat puisi. Tiga aspek tersebut, yaitu: sifat seni,
kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.
Aspek-aspek untuk
Memahami Hakikat Puisi dan Contoh Puisi
a. Sifat atau Fungsi Seni
Sebagai karya sastra, di
dalam puisi harus terdapat unsur estetika atau keindahan. Unsur ini dapat
dibangun dengan pemanfaatan gaya bahasa.
Gaya bahasa meliputi semua
penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu seperti, bunyi,
kata, dan kalimat. Semua unsur bahasa di dalam puisi dapat digunakan untuk
menampilkan sisi keindahan di dalam puisi.
b. Kepadatan
Di dalam puisi, ungkapan
yang ingin disampaikan tidak semuanya diuraikan. Puisi hanya mengungkapkan inti
masalah, peristiwa, atau cerita. Puisi hanya mengungkapkan esensi atau sari
pati sesuatu.
Maka, untuk menulis puisi,
penyair harus pandai memilih kata yang akurat. Terkadang sebuah kata diambil
bentuk dasarnya saja dan hubungan antar-kalimat terjadi secara implisit, bahkan
kata-kata yang tak perlu dapat dihilangkan.
Yang terpenting adalah
setiap unsur di dalam puisi memiliki keterikatan dan keterpaduan makna. Maka,
salah satu cara untuk mengungkapkan kandungan isi dalam puisi ialah membuat
parafrasa puisi menjadi prosa dengan menyempurnakan kalimat atau memberikan pengertian
pada kata-katanya agar menjadi jelas atau lugas.
c. Ekspresi Tidak Langsung
Selain mengandung nilai
estetika atau keindahan serta bentuk pilihan kata dan tata kalimat yang
mengandung pengertian yang padat, puisi juga merupakan media pengungkapan ekspresi
secara tidak langsung. Pengungkapan ekspresi tidak langsung ini terbukti dengan
dominannya penggunaan kata yang bermakna konotasi atau kiasan.
Di dalam puisi, juga
penyair dapat menggunakan idiom, pepatah, majas, atau peribahasa dalam
mengungkapkan sesuatu secara implisit. Ini dilakukan agar puisi memiliki cita
rasa tersendiri dengan penggunaan kata berjiwa atau stilistika sehingga pembaca
atau pendengar memiliki rasa ingin tahu kandungan makna yang tersembunyi dalam
sebuah puisi atau hal yang sesungguhnya ingin diungkapkan penyair lewat
puisinya.
Dalam pandangan awam puisi
memang harus mengandung daya tarik atau kemisterian. Seorang kritikus sastra
mengatakan puisi bukanlah susunan kata-kata yang membentuk baris dan bait
melainkan sesuatu yang terkandung di dalam kata, baris, dan bait itu.
Manfaat Puisi Bagi Kehidupan
Fungsi merupakan ungkapan perasaan
perasaan yang diungkapkan pengarang yang dituangkan dengan kata-kata yang padat
dan kaya makna. Menurut William Hendri Gustin, “Puisi merupakan ekspresi
dari kehidupan yang memakai bahasa sebagai mediumnya atau apa yang
dihayati itu diungkapkan.
Sebagai karya sastra puisi mempunyai berbagai
manfaat. Kebermanfaat puisi telah berlangsung sejak lahirnya, manfaat tersebut
telah dirasakan manusia jauh sebelumnya. Karena itu dapat bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari sebagai berikut :
1 ) Puisi dapat menjadi arahan dalam
membentuk kepribadian
2) Dapat mengembangkan cognitive
peserta didik
3) Dapat melatih diri berimajinasi
4) Dapat menggambarkan kehidupan
manusia dan lingkungan tertentu.
5) Dapat membangkitkan semangat heroik
6) Menceritakan suara alam dan
lingkungan manusia.
7) Dapat membandingkan dan
mengapresiasikan karya sastra.
8) Berdasarkan pandangan penyair
9) Puisi memberikan motivasi bagi
pembaca puisi bahwa dirinya telah melahirkan suatu ungkapan dengan bahasa
yang indah, bebas dan misteri.
10) Melalui puisi penyair dapat menyampaikan
protes sosial bagi lingkungan masyarakat tertentu.
semoga bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment