Fonologi,
Fonetik Dan Fonemik
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Fonologi adalah bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (2002)
dalam kampus linguistic, fonologi yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut
fungsinya. Menurut Abdul Chaer (2003 : 102), secara etimologi istilah
“fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang
berarti ilmu. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan
ilmu yang mempelajari bunyi – bunyi bahasa pada umumnya.
Menurut
Wikipedia Bahasa Indonesia bahwa Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan
bunyi – bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai
kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi – bunyi bahasa yang diproduksi
oleh alat ucap. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan
terkecil dari ujaran dengan gangguan bunyi yang membentuk suku kata. Asal kata
fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata “fon” yang
bermakna bunyi dan “logi” yang berarti ilmu. Dalam khazanah bahasa Indonesia,
istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa Belanda, yaitu “fonologie”.
Fonologi terdiri dari 2 bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik adalah
bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana
suatu bunyi bahasa diproduksi alat ucap manusia. Sementara, Fonemik adalah
bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda
arti. Dalam makalh ini akan akan dipaparkan mengenai pengertian dan contoh –
contoh dari pembahsan onologi yang terdiri dari fonetik dan fonemik.
2. Rumusan
Masalah
Perumusan
masalah pada Tataran Lingusitik (1) : Fonologi yaitu :
1.
Apakah yang dimaksud fonologi, fonetik dan fonemik?
2.
Pembahasan apa saja yang ada didalam fonetik?
3.
Pembahasan apa saja yang ada didalam fonemik?
3. Tujuan
Masalah
1.Untuk menjabarkan materi yang sudah di jabarkan
melalui persentasi dihadapan rekan – rekan
2.Untuk menambah wawasan dan pengetahuan si pembaca
terhadap makalah ini
3.Untuk
memenuhi salah satu tugas dari dosen
Bab II PEMBAHASAN
1.
FONOLOGI
Bidang
linguistik yang mempelajari, menganalisis ,dan membicarakan runtunan
bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari
kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Fonologi dibedakan menjadi fonetik
dan fonemik. Bisa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak. Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari
bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Fonetik akan berusaha mendeskripsikan
perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya,
perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat misalnya, pada kata paru [paru] dan
[baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan
[b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu.
2.
FONETIK
FONETIK
Fonetik
artikulatoris, disebut fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari
bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi
bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu di klasifikasikan. Fonetik akustik
mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.
Bunyi-bunyi itu di selidiki frekuensi getaran nya, amplitudonya, intensitasnya,
dan timbrenya. Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme
penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga itu. Fonetik adalah bidang liguistik
yang mempelajari bunyi bahsa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi-fungsi sebagai pembaca makna atau tidak.
2.1
ALAT UCAP
Alat
ucap adalah manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa sebetulnya alat yang
digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang
bersifat biologis. Contoh: Paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan
gigi untuk mengunyah. Namun tidak biasa disebut ”bunyi gigi” atau “bunyi
bibir”. Melain kan bunyi dental dan bunyi labial, istilah berupa betuk
objektif.
Contoh
Istilah dari dua nama alat ucap:
*
Apikodental adalah gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas.
*
Labiodental adalah gabungan daun lidah dengan langit-langit keras.
2.2
Proses fonasi
Terjadinya
bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari
paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya
terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar pita suara itu harus berada
dalam posisi terbuka setelah melalui pita suara yang merupakan jalan
satu-satunya untuk bisa keluar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung,
udara tadi diteruskan ke udara bebas.
Ada
dua buah bunyi yang lahir dalam dua proses artikulasi yang berangkayan. Dalam
prosesnya, setelah berlangsung artikulasi pertama, yang menghasilkan bunyi
pertama segera disusul oleh artikulasi ke dua, yang menghasilkan bunyi ke dua.
Artikulasi ini sering di sebut artikulasi sertaan.
2.3
Tulisan fonetik
Tulisan
fonetik dibuat untuk keperluan studi fonetik, dibuat berdsasarkan hurup dari
aksara latin. Yang ditambah dengan sejumlah tanda di akritik dan sejumlah
modifikasi terhadap hurup latin itu. Karena abjad latin itu hanya mempunyai 26
huruf latin. Dalam tulisan fenotif setiap huruf atau lambing hanya digunakan
untuk melambangkan satu bunyi bahasa. Atau kalau di balik, setiap bunyi bahasa,
sekecil apapun bedanya dengan bunyi yang lain, akan juga di lambangkan hanya denga
satu huruf atau lambang. Contoh: huruf “e” digunakan untuk melambangkan lebih
dari satu bunyi. Bunyi huruf “e” pada kata kera, monyet, dan sate.
Kalau
dalam tulisan fonetik, setiap bunyi, baik yang segmental maupun suprasegmental,
di lambangkan secara akurat, artinya setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya
sendiri, meskipun perbedaan hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik hanya
perbedaan bunyi yang distingtif saja. Yakni membedakaan makna, yang di
perbedakan lambangnya. Ada lagi tulisan lain, yaitu ortografi. System tulisan
otografi di buat untuk di gunakan secara umum di dalam masyarakat suatu bahasa,
ada ketiga macam itu, yaitu:
1. Tulisan fonetik
2. Tulisan fonemis
3. Tulisan otografi
2.4
KLASIFIKASI BUNYI
Pada
umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vocal dan konsonan. Bunyi
vokal di hasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka
sedikit ini menjadi bergetar ketika di lalui arus lalui yang di pempokan dari
paru-paru, selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa
hambatan apa-apa, kecuali bentuk rongga mulut yang berbentuk tertentu sesuai
dengan jenisa vocal yang di hasilkan. Bunyi konsonan terjadi, setelah arus
udara melewati pita suar yang terbuka atau agak lebar, di teruskan kerongga mulut
atau kerongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi
tertentu. Jadi, perbedaan bunyi vokal dan konsonan adalah arus udara dalam
pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara, tidak mendapat hambatan
apa-apa. Dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat
hambatan atau gangguan.
2.5
KLASIFIKASI VOKAL
Klasifikasi
vokal biasanya di klasifikasikan dan di beri nama berdasarkan posisi lidah dan
bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical bisa bersifat horizontal.
Secara
vertical di bedakan adanya:
1.Vokal
tinggi misalnya, bunyi [i] dan [u]
2.
Vokal tengah misalnya, bunyi [e] dan Ə
3.
Vokal rendah misalnya, bunyi [a].
Secara
horizontal di bedakan adanya:
1.Vokal
depan misalnya, bunyi [i] dan [e]
2.Vokal
pusat misalnya, [Ə]
3.Vokal
belakang misalnya, bunyi [u] dan [o].
Kemudian
menurut bentuk mulut di bedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Di
sebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vokal itu,
misalnya, vokal [0]dan vokal [u]. Disebut vokal tak bundar karena bentuk mulut
tidak membundar melainkan melebar, pada waktu mengucapkan vokal tersebut,
misalnya, vokal [i] dan vokal [e].
2.6
DIFTONG ATAU VOKAL RANGKAP
Di
sebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi
ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Contoh diftong dalam
bahasa Indonesia adalah [au]seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau.
Contoh lain, bunyi [ai] seperti terdapat pada kata cukai dan landai. Apabila
ada dua buah vokal berturutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang
berlainan dari yang kedua maka di situ tidak ada diftong. Jadi, vokal [au] dan
[ai] pada kata seperti bau dan lain bukan diftong.
Diftong
sering di bedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Di sebut diftong naik
karena bunyi pertama posisi nya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua;
sebaliknya di sebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari
posisi bunyi kedua. Diftong naik atau diftong turun bukan di tentukan
berdasarkan lidah, melainkan di dasarkan atas kenyaringan (sonoritas) bunyi
itu. Kalau sonoritasnya terletak di muka, maka di namakan diftong turun; kalau
sonoritasnya terletak pada unsure kedua maka namanya diftong naik. Misalkan,
bunyi [ai] pada kata Indonesia landai sonoritasnya pada unsure pertama; Karena
bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun.
2.7
KLASIFIKASI KONSONAN
Bunyi-bunyi
konsonan di bedakan berdasarkan tiga patokan yaitu posisi pita suara, tempat
artikulasi, dan cara artikulasi. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara
hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang
termasuk bunyi suara, bunyi [b], [d], [g], dan [c]. bunyi tidak bersuara
terjadi apabila pita suara agak lebar, sehingga ada tidak ada getaran pada pita
suara. Yang tidak termasuk bunyi suara, yaitu bunyi [s], [k] [p],dan [t].
Tempat
artikulasi adalah alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu.
Berdasarkan tempat artikulasinya antara lain,konsonan:
1) bilabial yaitu konsonan yang terjadi
pada kedua belah bibir,bibir bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk
konsoanan bilabial ini adalah bunyi [b],[p], dan [m].bunyi [p] dan [b] adalah
bunyi oral,yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut,sedangkan [m] adalah
bunyi nasal,yakni bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
2) labiodental
yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas;gigi bawah merapat
pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodentals adalah bunyi [f] dan [v].
3) laminoalveolar
yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; daun lidah menempel pada
gusi. Yang termasuk laminoalveolar adalah bunyi [t] dan [d].
4) dorsovelar
yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit
lunak. Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k] dan [g].
Untuk
sementara cukuplah dengan yang empat itu. Berdasarkan cara artikulasinya,
artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara
itu, dapatlah kita bedakan adanya konsonan:
1) Hambat (letupan, plosive ,stop).
Articulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat di belakang
tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu di buka secara tiba-tiba, sehingga
menyebabkan terjadinya letupan. Yang termasuk konsonan letupan
ini,antaralain,bunyi [p], [b],[t], [d], [k], dan [g]
2) Geseran atau frikatif.
Artikulstor aktif mendekati articulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga
udara yang lewat, mendapat gangguan di celah itu. Contoh yang termasuk konsonan
geseran adalah bunyi [f], [s],dan [z]
3) Paduan atau frikatif.
Artikulator aktif menhambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah
sempit dengan articulator pasif.cara ini merupakan gabungan antara hambatan dan
frikatif. Yang termasuk konsonan paduan, antara lain bunyi [c] dan [j]
4) Sengauan atau nasal.
Articulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkan
nya kelua melalui rongga hidung dengan bebas. Contoh konsonan nasal adalah
bunyi [m], [n] dan [ƞ],
5) Getaran atau tril.
Articulator aktif melakukan kontak beruntuntun dengan atikulator pasif,sehingga
getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya adalah konsonan [r].
6) Sampingan atau lateral.
Artikulatot aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu
membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya adalah konsonan [I] .
7) Hampiran atau aproksiman.
Articulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka
seperti dalam pembetukan vocal,tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan
konsonen geseran. Oleh karena, bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semi
vokal. Ada dua bunyi yaitu [w] dan [y].
2.8
UNSUR SUPRASEGMENTAL
Disebutkan
dimuka bahwa arus ujaran merupakan suatu runtunan bunyi yang sambung bersambung
terus menurus diselang seling dengan jeda singkat,disertai dengan keras lembut
bunyi,tinggi rendah bunyi,panjang pendek bunyi,dan sebagainya. Arus ujaran itu
ada bunyi yang dapat segmentasikan,sehingga disebut bunyi segmental; tetapi
yang berkenaan dengan keras lembut,panjang pendek,dan jeda bunyi tidak dapat
disegmentasikan. Bunyi tersebut disebut bunyi suprasegmental atau prosodi.
Mengenai bunyi atau unsure suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas,yang
dibicarakan dibawah ini.
2.8.1
TEKANAN ATAU STRES
Tekanan
menyangkut masalah lunaknya bunyi. Suatu segmental yang diucapkan dengan arus
udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi
dengan tekanan keras. Sebaliknya,bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara
yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit, Dibarengi dengan tekanan
lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporatis. Mungkin juga telah berpola;
mungkin juga bersifat distingtif,dapat membedakan makna,mungkin juga tidak
distingtif.
Dalam
bahasa inggris tekanan ini bisa distingtif, tetapi dalam bahasa Indonesia
tidak. Contoh : kata blackboard diberikan teknanan pada unsur black maka
maknanya adalah ‘papan tulis’. Jika tekanan diberikan pada unsure board berarti ‘papan hitam’ .
Dalam
bahasa Indonesia kata ‘orang tua’ bila tekanan dijatuhkan baik pada unsur
‘orang’ maupun ‘tua’ maknanya tetap saja sama.
2.8.2
NADA ATAU PITCH
Nada
berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental
diucapkan dengan frekuensi getaran yang
tinggi,tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya ,kalau
diucapakan dengan frekuensi getaran yang rendah ,tentu akan disertai juga dengan nada rendah.
Nada
yang disertai bunyi segmental didalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini
biasanya dibedakan adanya empat macam nada,yaitu :
1)
Nada yang paling tinggi,diberi tanda dengan angka 4
2)
Nada tinggi,diberi tanda dengan angka 3
3)
Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2
4)
Nada rendah,diberi tanda angka 1
2.8.3
JEDA ATAU PERSENDIAN
Jeda
atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Disebut jeda
karena ada hentian itu, dan disebut persendian, di tempat perhentian itulah
terjadinya persambungan antara segmen yang satu dengan yang lain. Jeda dapat
bersifat penuh dan dapat bersifat sementara. Biasanya di bedakan sendi dalam,
menunjukan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain. Yang menjadi
batas silabel, biasanya di beri tanda (+) contoh
(16) / lam + pu /
/am
+ bil/
/pe
+ lak + sa + na/
Sendi
luar menunjukan batas yang lebih besar dari segmen silabel. Dalam hal ini,
biasanya dibedakan:
1)
Jeda antarkata dalam frase diberi tanpa berupa
garis miring tunggal ( / ).
2)
Jeda antarfrase dalam klausa diberi tanda berupa garing miring ganda ( // ).
3)
Jeda antarkalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis silang ganda (#).
Sudah
disinggung bahwa tekanan dan jeda dalam bahasa Indonesia sangat penting karena
tekanan dan jeda itu dapat mengubah makna kalimat,seperti tampak dengan
menggunakan lambang persendian.
(17) #
buku // sejarah / baru #
# buku/sejarah/baru #
Makna
kedua jelas kontruksi.
2.9
SILABEL
Silabel
atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau
runtunan bunyi ujaran.satu silabel biasanya meliputi satu vokal ,satu
vokal,atau satu konsonan dan lebih. Silabel sebagai satuan ritmis mempunyai
puncak kenyaringan atau sonoritas yang biasanya
jatuh pada sebuah vokal. Kenyaringan atau sonoritas,yang menjadi puncak
silabel,terjadi karena adanya ruang resonasi berupa rongga mulut,rongga
hidung,atau rongga-rongga lain,di dalam kepala dan dada.
Bunyi
yang paling banyak menggunakan ruang resonasi adalah bunyi vokal. Karena
itulah,yang disebut bunyi silabis atau
puncak silabis adalah bunyi vokal. Perhatikan kata Indonesia [dan]. Kata ini
terdiri dari bunyi [d],[a], dan [n]. bunyi [d] dan bunnyi [n] adalah bunyi
konsonan,sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vokal. Bunyi [a] pada kata itu
menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan. Bunyi [a] sebagai vokal ketika
diproduksi mempunyai ruang resonasi yang lebih besar.
Menentukan
batas silabel sebuah kata kadang-kadang memang agak sukar karena penentuan
batas itu bukan hanya soal fonetik, tetapi juga soal fonemik, morfologi, dan
ortografi. Misalnya, kata Indonesia [makan], silabelnya adalah [ma], dan [kan];
tetapi kata [makanan], silabelnya adalah [ma], [ka], dan, [nan]. Kita lihat
bunyi [m] yang menjadi koda pada silabel [kan] pada kata [makan], berpindah
tempat menjadi onset pada silabel [nan] pada kata [makanan]. Padahal secara
otografi menurut ketentuan ejaan bahasa Indonesia, silabelnya adalah ma+kan+an.
Bunyi yang sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel yang
berurutan disebut interlude. Yang di maksud dengan onset adalah bunyi pertama
pada sebuah silabel, seperti bunyi /s/ pada silabel [sum] pada kata sumpah,
atau bunyi [m] pada silabel [man] pada kata paman. Sedangkan yang dimaksud
dengan koda adalah bunyi akhir pada sebuah silabel, seperti bunyi [n] pada
silabel [man] pada kata paman, atau bunyi [m] itu pada silabel [sum] pada kata
sumpah.
3.
FONEMIK
FONEMIK
Objek
penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa padaa umumnya tanpa
memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata
atau tidak. Sebaliknya, objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi
bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Dalam fonemik kita
meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau
tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem,
dan jka tidak membedakan makna adalah bukan fonem.
3.1
IDENTIFIKASI FONEM
Untuk
mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah
satuan kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya dengan
satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata
kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah
sebuah fonem, Karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan
bahasa itu. Misalnya, masing –masing dari empat buah bunyi yang pertama adalah,
(L), (A), (B), (A), dan yang kedua adalah (R), (A), (B), (A).
(L),
(A), (B), (A)
(R), (A), (B), (A)
Ternyata
perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi (L) dan (R).
Contoh
lain : lawan dan rawan, bara dan para, bala dan bara, para dan pala, sangkal
dan sangkar, lembab dan lembah
3.2
ALOFON
Bunyi
(t) dan (th) dalam bahasa Inggris bukanlah dua buah fonemyang
berbeda, melainkan dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama, yaitu fonem (t).
Bunyi – bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem, seperti bunyi (t) dan
(th) untuk fonem (t) bahasa Inggris diatas disebut alofon. Dalam
bahasa Indonesia fonem (i) setidaknya mempunyai empat buah alofon, yaitu bunyi
(i) seperti dalam kata cita, bunyi
(i) seperti dalam kata tarik, bunyi
(i) seperti dalam kata ingkar dan
bunyi (i) seperti dalam kata kali.
Alofon
terdiri dari 2 distribusi. Distribusi Komplementer dan Distribusi Bebas.
Distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa
dipertukarkan, meskipun dipertukarkan juga tidak akan menimbulkan perbedaan
makna. Sedangkan, distribusi bebas adalah alofon –alofon itu boleh digunakan
tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Alofon adalah realisasi dari
fonem, maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu
hanyalah abstraksi dari alofon – alofon atau alofon – alofon itu. Dengan kata
lain, yang konkret, atau yang nyata ada dalam bahasa adalah alofon itu, sebab
alofon atau alofon – alofon itulah yang diucapkan.
3.3
KLASIFIKASI FONEM
Fonem
– fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus
ujaran disebut juga fonem segmental. Sebaliknya fonem yang berupa unsur
suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental. Jadi, pada
tingkat fonemik, cirri – cirri prodi itu, seperti tekanan durasi dan bersifat
fungsional, alias dapat membedakan makna.
Fonem
– fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segemntasi terhadap arus
ujaran disebut fonem segmental. Umpamanya, dalam bahasa Batak Toba kata ‘tutu’
(dengan tekanan pada suku pertama) bermakna ‘batu gilas’, sedangkan pada kata
‘tutu’ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti ‘betul’. Fonem suprasegmental
tampaknya tidak bersifat fonemis maupun morfemis, namun, intonasi mempunyai
peranan pada tingkat sintaksis. Umpanya, kalimat ‘Dia membaca komik’, dengan
tekanan pada kata ‘dia’ berarti ‘yang membaca bukan orang lain’, dengan tekanan
pada kata ‘membaca’ berarti ‘dia bukan ‘menulis atau menjual komik’, dan dengan
tekanan pada kata ‘komik’ berarti ‘yang dibaca bukan koran’.
Contohnya
dalam bahasa - bahasa tonal (bahasa
bernada) seperti bahasa Thai, bahasa Burma, dan bahasa Mandarin, nada dapat
membedakan makna. Misalnya. Dalam bahasa Mandarin kata yang berbunyi (wei) bila
diberi nada datar (tidak naik dan tidak turun) berarti “kutu kayu”, jika diberi
nada naik berarti “bahaya”, jika diberi nada turun lalu naik berarti “menjawab
dengan serta merta” dan jika diberi nada naik lalu turun berarti “turun”.
Kriteria
klasifikasi fonem terhadap fonem sama dengan kriteria yang dipakai untuk
klasifikasi bunyi (fon), maka penamaan fonem pun sama dengan penamaan bunyi.
Jadi, kalau ada bunyi vokal depan tinggi bundar, maka juga ada atau aka nada
fonem vocal depan tinggi bundar, kalau ada bunyi konsonan hambat bilabial
bersuara, maka juga ada atau aka nada fonem konsonan hambat bilabial bersuara.
3.4
KHAZANAH FONEM
Khazanah
fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam suatu bahasa. Beberapa jumlah
fonem yang dimiliki oleh suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki
oleh bahasa lain. Contohnya : fonem yang paling sedikit adalah 13 buah oleh
Pulau Hawaii, dan fonem yang paling banyak adalah 75 buah oleh Kaukus Utara.
Bahasa Arab hanya memiliki 3 buah fonem, Indonesia memiliki 6 fonem dan bahasa
Inggris dan Prancis hanya memiliki lebih dari 10 fonem vocal.
Berapa
jumlah fonem bahasa Indonesia? Dalam hal ini, ada yang menghitung 24 buah, yatu
terdiri dari 6 buah fonem vocal (yakni a. I, u, e, o,
, o)
dan 18 buah fonem konsonan (yakni p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, ɳ, s, h, r, l,
w dan y). Ada juga yang menghitung ada 28 buah, yakni dengan menambahkan 4 buah
fonem yang berasal dari bahasa asing, yaitu fonem f, z, ʃ, dan x. Selain itu
ada juga yang menghitung ada 31 buah , yaitu dengan menambahkan 3 buah buah
fonem diftong, yakni (aw), (ay) dan (oy). Akhirnya ada juga yang mendaftarkan
adanya fonem global stop (?) ; tetapi ada pula yang tidak, karena hanya
menganggapnya sebgai alofon dari fonem lain yaitu fonem (k).

3.5
PERUBAHAN FONEM
Ucapan
sebuah fonem dapat berbeda – berbeda sebab sangat tergantung pada
lingkungannya, atau pada fonem –fonem lain yang berada di sekitarnya. Misalnya
seperti sudah dibicarakan di muka, fonem (o) kalau pada silabel tertutup akan
berbunyi (د)
dan kalau pada silabel terbuka akan berbunyi (o). Namun, perubahan yang terjadi
pada kasusfonem (o) bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak mengubah fonem
(o) itu menjadi fonem lain.
3.5.1
ASIMILASI
Asimilasi
adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat
dari bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri –ciri yang sama dengan bunyi
yang mempengaruhinya. Asimilasi dibagi menjadi 2 yaitu asimilasi fonemis dan
asimilasi alomorfemis. Asimilasi fonemis adalah perubahan itu menyebabkan
berubahnya identitas sebuah fonem. Sedangkan, asimilasi alomorfemis adalah
perubahan itu tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
3.5.2
DISIMILASI
Perubahan
dalam proses asimilasi menyebabkan dua bunyi yang berbeda menjadi sama, baik
seluruhnya maupun sebagian dari cirinya, maka dalam proses disimilasi proses
itu menyebabkan dua buah fonemyang sama menjadi berbeda atau berlainan.
Contohnya yang ada dalam bahasa Indonesia ialah kata cipta dan cinta yang
berasal dari bahasa Sanskerta citta. Kita lihat, bunyi (tt) pada kata citta
berubah menjadi (pt) pada kata cipta dan menjadi (nt) pada kata cinta.
3.5.3
NETRALISASI & ARKIFONEM
Bahwa
fonem mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata namun didalam netralisasi
tampaknya fungsi pembeda makna itu menjadi batal. Contohnya, dalam bahasa
Belanda ada kata dieja hard ‘keras’ dan dilafalkan (hart), disamping itu ada
kata lain yang dieja hart ‘jantung’ dan diucapkan (hart). Jadi, pelafalan kedua
kata yang dieja berbeda itu adalah sama.
3.5.4
UMLAUT, ABLAUT & HARMONI VOKAL
Umlaut
adalah perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal
yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
Ablaut
adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa Indo Jerman untuk
menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Harmoni
vokal adalah perubahan bunyi.
3.5.5
KONTRAKSI
Kontraksi
adalah penutur menyingkat atau memperpendek uajarannya. Contohnya, dalam bahasa
Indonesia ungkapan tidak tahu menjadi ndak tahu, ungkapan yang itu tadi menjadi
tutadi, ungkapan dalam bahasa Inggris dalam bentuk it is menjadi it’s, ungkapan
are not menjadi aren’t, dan lain –lain. Dalam pemendekan seperti ini, yang
dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih, ada yang berupa kontraksi. Dlam
kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendir –sendiri.
Misalnya it is menjadi it’s.
3.5.6
METASIS & EPENTIS
Metasis
adalah proses bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan
mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Contoh kata sapu bias
menjadi kata usap dan bias menjadi kata apus.
Epentesis
adalah sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan lingkungannya,
disisipkan kedalam sebuah kata. Contoh, kata sampi dan sapi, kata kampak dan
kapak, dan kata jumblah dan jumlah.
3.6
FONEM & GRAFEM
Fonem
adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan
arti.
Grafem
adalah satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah system aksara.
BAB
III PENUTUP
1. KESIMPULAN
·
Fonologi adalah
bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis ,dan membicarakan runtunan
bunyi-bunyi bahasa. Fonologi secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu
bunyi, dan logi yaitu ilmu.
·
Fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan
bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya.
·
Alat ucap adalah
manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa sebetulnya alat yang digunakan untuk
menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat
biologis.
·
Proses fonasi
terjadi jika bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara
keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di
dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar pita suara itu
harus berada dalam posisi terbuka setelah melalui pita suara yang merupakan
jalan satu-satunya untuk bisa keluar, entah melalui rongga mulut atau rongga
hidung, udara tadi diteruskan ke udara bebas.
·
Tulisan fonetik
dibuat untuk keperluan studi fonetik, dibuat berdsasarkan hurup dari aksara
latin. Yang ditambah dengan sejumlah tanda di akritik dan sejumlah modifikasi
terhadap hurup latin itu. Karena abjad latin itu hanya mempunyai 26 huruf
latin. Dalam tulisan fenotif setiap huruf atau lambing hanya digunakan untuk melambangkan
satu bunyi bahasa.
·
Pada umumnya
bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vocal dan konsonan.
·
Klasifikasi
vokal biasanya di klasifikasikan dan di beri nama berdasarkan posisi lidah dan
bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical bisa bersifat horizontal.
·
Di sebut diftong
atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian
awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.
·
Bunyi-bunyi
konsonan di bedakan berdasarkan tiga patokan yaitu posisi pita suara, tempat
artikulasi, dan cara artikulasi.
·
Unsur
suprasegmental terdiri dari tekanan, nada dan jeda
·
Silabel atau
suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtunan
bunyi ujaran.satu silabel biasanya meliputi satu vokal ,satu vokal,atau satu
konsonan dan lebih.
·
Fonemik adalah cabang studi
fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi
tersebut sebagai pembeda makna.
·
Identifikasi
fonem yaitu Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus
mencari sebuah satuan kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu
membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang
pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti
bunyi tersebut adalah sebuah fonem, Karena dia bisa atau berfungsi membedakan
makna kedua satuan bahasa itu.
·
Klasifikasi
fonem yaitu fonem – fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil
segmentasi terhadap arus ujaran disebut juga fonem segmental. Sebaliknya fonem
yang berupa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem
nonsegmental.
·
Khazanah fonem
adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam suatu bahasa.
·
Perubahan fonem
adalah ucapan sebuah fonem dapat berbeda – berbeda sebab sangat tergantung pada
lingkungannya, atau pada fonem –fonem lain yang berada di sekitarnya. Terdiri
dari Asimilasi, Disismilasi, Netralisasi dan Arkifonem, Umlaut, Ablaut dan
Harmoni vokal, Kontraksi dan Metasis dan Epentesis
·
Fonem
adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan
arti.
·
Grafem adalah
satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah system aksara.
2. PERTANYAAN
& JAWABAN
Pertanyaan
1. Fonem
apa saja yang dimiliki oleh Negara Arab Saudi, sedangkan kita tahu bahwa Negara
Indonesia memiliki 6 buah fonem dan yang telah disebutkan bahwa Negara Arab
Saudi memiliki 3 buah fonem? (Tita Puspita Sari)
2. Pengertian
dari apikodental, labiodental dan laminopalatal? (Ai Devi)
3. Jelaskan
proses bunyi, fungsi alat dan dari mana sajakah urutan bunyi dari awal hingga
akhir? (Titi Astriyani)
4. Contoh
kata pada proses fonasi terbuka agak lebar? (Vivit Siti Fatimah)
Jawaban
1. Fonem
(i) dan (a), fonem (i) dan (u), fonem (a) dan (u)
2. Bunyi
apikodental,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah (apeks) dan
gigi(dentum) atas. Bunyi labiodental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh
keterlibatan bibir (labium) bawah dengan gigi (dentum)atas. Bunyi laminopalatal,
yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan
langit-langit keras (palatum).
3. *Proses
bunyi
Terjadinya
bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari
paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya
terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar pita suara itu harus berada
dalam posisi terbuka setelah melalui pita suara yang merupakan jalan
satu-satunya untuk bisa keluar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung,
udara tadi diteruskan ke udara bebas.
*Cara
Kerja Alat-Alat Bicara
1.Paru-Paru
(Lung)
Paru-paru
adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi
bahasa.Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan
dengan dengan arus udara yang datang dari luar mulut.Kalau arus udara datang
dari paru-paru disebut arus udara agresif, dan kalau udara datang dari luar
disebut udara ingresif.Terlu diketahui juga selama ini dalam bahasa indonesia
tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan udara ingresif itu.
2.Pangkal
Tenggorok (laring), pita suara, glotis, dan epiglotis
Pangkal
tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang bujungnya ada
sepasang pita suara.Pita suara inidapat terbuka lebar , terbuka agak lebar,
terbuka sedikit, dan tertutup rapat, sesuai denagan arus udara yang dihembuskan
keluar.Celah diantara pita suara itu disebut glotis.Pada glotis inilah awal
terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu.Bia glotis dalamkeadaan
terbuka lebar, tidak ada bunyi bahas yang dihasilkan, selain desah nafas.Bila
glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara.Bila
glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara.Lalu, bila
glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hmazah atau bunyi hambat
glotal.Proses pembunyian ini dibantu oleh epiglotis (katup pangkal tenggorok)
yang bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara dari dan ke
paru-paru) dan jalan makanan/minuman ke arah pencernaan.
3.Rongga
Kerongkongan (faring)
Faring
atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara pangkal
tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung.Faring berfungsi sebagai
“tabung udara” yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar.Bunyi bahasa
yang dihasilakan disebut bunyi faringal.
4. Pada
posisi terbuka agak lebar akan menghasilkan bunyi –bunyi tak bersuara apabila
arus udara ituditeruskan ke rongga mulut lalu ke rongga hidung. Disebut bunyi
tak bersuara karena tidak ada getaran ppada pita suara itu.
3. SARAN
1. Dosen
diharapkan menjelaskan keseluruhan dalam satu persatu bab dalam semua materi
dalam sebuah buku yang digunakan. Mahasiswa terkadang kurang memahami apa yang
disampaikan oleh kawannya dalam sebuah persentasi
2. Lebih
diperbanyak bimbingan terhadap suatu penampilan sebelum persentasi
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik
Umum. Jakarta. Rineka Cipta. Hal 100 – 140
WWW.Wikipedia.Com
Pellmati.blogspot.com
No comments:
Post a Comment