Friday, 20 July 2018

Fonologi, Fonetik, Dan Fonemik



Fonologi, Fonetik Dan Fonemik

BAB I PENDAHULUAN
1.         Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kampus linguistic, fonologi yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Abdul Chaer (2003 : 102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti ilmu. Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi – bunyi bahasa pada umumnya. 
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia bahwa Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi – bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi – bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gangguan bunyi yang membentuk suku kata. Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata “fon” yang bermakna bunyi dan “logi” yang berarti ilmu. Dalam khazanah bahasa Indonesia, istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa Belanda, yaitu “fonologie”. Fonologi terdiri dari 2 bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi alat ucap manusia. Sementara, Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Dalam makalh ini akan akan dipaparkan mengenai pengertian dan contoh – contoh dari pembahsan onologi yang terdiri dari fonetik dan fonemik.
2.         Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada Tataran Lingusitik (1) : Fonologi yaitu :
1. Apakah yang dimaksud fonologi, fonetik dan fonemik?
2. Pembahasan apa saja yang ada didalam fonetik?
3. Pembahasan apa saja yang ada didalam fonemik?

3.         Tujuan Masalah
1.Untuk menjabarkan materi yang sudah di jabarkan melalui persentasi dihadapan rekan – rekan
2.Untuk  menambah wawasan dan pengetahuan si pembaca terhadap makalah ini
3.Untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen











Bab II PEMBAHASAN
1.      FONOLOGI
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis ,dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Bisa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Fonetik  akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat misalnya, pada kata paru [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu.
2.      FONETIK
FONETIK
Fonetik artikulatoris, disebut fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu di klasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu di selidiki frekuensi getaran nya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya. Sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga itu. Fonetik adalah bidang liguistik yang mempelajari bunyi bahsa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi-fungsi sebagai pembaca makna atau tidak.
2.1 ALAT UCAP
Alat ucap adalah manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis. Contoh: Paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun tidak biasa disebut ”bunyi gigi” atau “bunyi bibir”. Melain kan bunyi dental dan bunyi labial, istilah berupa betuk objektif.
Contoh Istilah dari dua nama alat ucap:
* Apikodental adalah gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas.
* Labiodental adalah gabungan daun lidah dengan langit-langit keras.
2.2 Proses fonasi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka setelah melalui pita suara yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, udara tadi diteruskan ke udara bebas.
Ada dua buah bunyi yang lahir dalam dua proses artikulasi yang berangkayan. Dalam prosesnya, setelah berlangsung artikulasi pertama, yang menghasilkan bunyi pertama segera disusul oleh artikulasi ke dua, yang menghasilkan bunyi ke dua. Artikulasi ini sering di sebut artikulasi sertaan.
2.3 Tulisan fonetik
Tulisan fonetik dibuat untuk keperluan studi fonetik, dibuat berdsasarkan hurup dari aksara latin. Yang ditambah dengan sejumlah tanda di akritik dan sejumlah modifikasi terhadap hurup latin itu. Karena abjad latin itu hanya mempunyai 26 huruf latin. Dalam tulisan fenotif setiap huruf atau lambing hanya digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa. Atau kalau di balik, setiap bunyi bahasa, sekecil apapun bedanya dengan bunyi yang lain, akan juga di lambangkan hanya denga satu huruf atau lambang. Contoh: huruf “e” digunakan untuk melambangkan lebih dari satu bunyi. Bunyi huruf “e” pada kata kera, monyet, dan sate.
Kalau dalam tulisan fonetik, setiap bunyi, baik yang segmental maupun suprasegmental, di lambangkan secara akurat, artinya setiap bunyi mempunyai lambang-lambangnya sendiri, meskipun perbedaan hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik hanya perbedaan bunyi yang distingtif saja. Yakni membedakaan makna, yang di perbedakan lambangnya. Ada lagi tulisan lain, yaitu ortografi. System tulisan otografi di buat untuk di gunakan secara umum di dalam masyarakat suatu bahasa, ada ketiga macam itu, yaitu:
1.         Tulisan fonetik
2.         Tulisan fonemis
3.         Tulisan otografi
2.4 KLASIFIKASI BUNYI
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vocal dan konsonan. Bunyi vokal di hasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika di lalui arus lalui yang di pempokan dari paru-paru, selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa hambatan apa-apa, kecuali bentuk rongga mulut yang berbentuk tertentu sesuai dengan jenisa vocal yang di hasilkan. Bunyi konsonan terjadi, setelah arus udara melewati pita suar yang terbuka atau agak lebar, di teruskan kerongga mulut atau kerongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu. Jadi, perbedaan bunyi vokal dan konsonan adalah arus udara dalam pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara, tidak mendapat hambatan apa-apa. Dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat hambatan atau gangguan.
2.5 KLASIFIKASI VOKAL
Klasifikasi vokal biasanya di klasifikasikan dan di beri nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical bisa bersifat horizontal.
Secara vertical di bedakan adanya:
1.Vokal tinggi misalnya, bunyi  [i] dan [u]
2. Vokal tengah misalnya, bunyi [e] dan Ə
3. Vokal rendah misalnya, bunyi [a].
Secara horizontal di bedakan adanya:
1.Vokal depan misalnya, bunyi [i] dan [e]
2.Vokal pusat misalnya, [Ə]
3.Vokal belakang misalnya, bunyi [u] dan [o].
Kemudian menurut bentuk mulut di bedakan adanya vokal bundar dan vokal tak bundar. Di sebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vokal itu, misalnya, vokal [0]dan vokal [u]. Disebut vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar melainkan melebar, pada waktu mengucapkan vokal tersebut, misalnya, vokal [i] dan vokal [e].
2.6 DIFTONG ATAU VOKAL RANGKAP
Di sebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia adalah [au]seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau. Contoh lain, bunyi [ai] seperti terdapat pada kata cukai dan landai. Apabila ada dua buah vokal berturutan, namun yang pertama terletak pada suku kata yang berlainan dari yang kedua maka di situ tidak ada diftong. Jadi, vokal [au] dan [ai] pada kata seperti bau dan lain bukan diftong.
Diftong sering di bedakan adanya diftong naik dan diftong turun. Di sebut diftong naik karena bunyi pertama posisi nya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya di sebut diftong turun karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi kedua. Diftong naik atau diftong turun bukan di tentukan berdasarkan lidah, melainkan di dasarkan atas kenyaringan (sonoritas) bunyi itu. Kalau sonoritasnya terletak di muka, maka di namakan diftong turun; kalau sonoritasnya terletak pada unsure kedua maka namanya diftong naik. Misalkan, bunyi [ai] pada kata Indonesia landai sonoritasnya pada unsure pertama; Karena bunyi [ai] dalam bahasa Indonesia termasuk diftong turun.
2.7 KLASIFIKASI KONSONAN
Bunyi-bunyi konsonan di bedakan berdasarkan tiga patokan yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Bunyi bersuara terjadi apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadilah getaran pada pita suara itu. Yang termasuk bunyi suara, bunyi [b], [d], [g], dan [c]. bunyi tidak bersuara terjadi apabila pita suara agak lebar, sehingga ada tidak ada getaran pada pita suara. Yang tidak termasuk bunyi suara, yaitu bunyi [s], [k] [p],dan [t].
Tempat artikulasi adalah alat ucap yang digunakan dalam pembentukan bunyi itu. Berdasarkan tempat artikulasinya antara lain,konsonan:
1) bilabial yaitu konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir,bibir bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsoanan bilabial ini adalah bunyi [b],[p], dan [m].bunyi [p] dan [b] adalah bunyi oral,yaitu yang dikeluarkan melalui rongga mulut,sedangkan [m] adalah bunyi nasal,yakni bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
2) labiodental yakni konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas;gigi bawah merapat pada bibir atas. Yang termasuk konsonan labiodentals adalah bunyi [f] dan [v].
3) laminoalveolar yaitu konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi; daun lidah menempel pada gusi. Yang termasuk laminoalveolar adalah bunyi [t] dan [d].
4) dorsovelar yakni konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan velum atau langit-langit lunak. Yang termasuk konsonan dorsovelar adalah bunyi [k] dan [g].
Untuk sementara cukuplah dengan yang empat itu. Berdasarkan cara artikulasinya, artinya bagaimana gangguan atau hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, dapatlah kita bedakan adanya konsonan:
1) Hambat (letupan, plosive ,stop). Articulator menutup sepenuhnya aliran udara, sehingga udara mampat di belakang tempat penutupan itu. Kemudian penutupan itu di buka secara tiba-tiba, sehingga menyebabkan terjadinya letupan. Yang termasuk konsonan letupan ini,antaralain,bunyi [p], [b],[t], [d], [k], dan [g]
2) Geseran atau frikatif. Artikulstor aktif mendekati articulator pasif, membentuk celah sempit, sehingga udara yang lewat, mendapat gangguan di celah itu. Contoh yang termasuk konsonan geseran adalah bunyi [f], [s],dan [z]
3) Paduan atau frikatif. Artikulator aktif menhambat sepenuhnya aliran udara, lalu membentuk celah sempit dengan articulator pasif.cara ini merupakan gabungan antara hambatan dan frikatif. Yang termasuk konsonan paduan, antara lain bunyi [c] dan [j]
4) Sengauan atau nasal. Articulator menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkan nya kelua melalui rongga hidung dengan bebas. Contoh konsonan nasal adalah bunyi [m], [n] dan [ƞ],
5) Getaran atau tril. Articulator aktif melakukan kontak beruntuntun dengan atikulator pasif,sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Contohnya adalah konsonan [r].
6) Sampingan atau lateral. Artikulatot aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut; lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Contohnya adalah konsonan [I] .
7) Hampiran atau aproksiman. Articulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembetukan vocal,tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonen geseran. Oleh karena, bunyi yang dihasilkan sering juga disebut semi vokal. Ada dua bunyi yaitu [w] dan [y].
2.8 UNSUR SUPRASEGMENTAL
Disebutkan dimuka bahwa arus ujaran merupakan suatu runtunan bunyi yang sambung bersambung terus menurus diselang seling dengan jeda singkat,disertai dengan keras lembut bunyi,tinggi rendah bunyi,panjang pendek bunyi,dan sebagainya. Arus ujaran itu ada bunyi yang dapat segmentasikan,sehingga disebut bunyi segmental; tetapi yang berkenaan dengan keras lembut,panjang pendek,dan jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Bunyi tersebut disebut bunyi suprasegmental atau prosodi. Mengenai bunyi atau unsure suprasegmental itu biasanya dibedakan pula atas,yang dibicarakan dibawah ini.    
2.8.1 TEKANAN ATAU STRES
Tekanan menyangkut masalah lunaknya bunyi. Suatu segmental yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya,bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga amplitudonya menyempit, Dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini mungkin terjadi secara sporatis. Mungkin juga telah berpola; mungkin juga bersifat distingtif,dapat membedakan makna,mungkin juga tidak distingtif.
Dalam bahasa inggris tekanan ini bisa distingtif, tetapi dalam bahasa Indonesia tidak. Contoh : kata blackboard diberikan teknanan pada unsur black maka maknanya adalah ‘papan tulis’. Jika tekanan diberikan  pada unsure board berarti ‘papan hitam’ .
Dalam bahasa Indonesia kata ‘orang tua’ bila tekanan dijatuhkan baik pada unsur ‘orang’ maupun ‘tua’ maknanya tetap saja sama.
2.8.2 NADA ATAU PITCH
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran  yang tinggi,tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya ,kalau diucapakan dengan frekuensi getaran yang rendah ,tentu akan disertai  juga dengan nada rendah.
Nada yang disertai bunyi segmental didalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini biasanya dibedakan adanya empat macam nada,yaitu :
1) Nada yang paling tinggi,diberi tanda dengan angka 4
2) Nada tinggi,diberi tanda dengan angka 3
3) Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2
4) Nada rendah,diberi tanda angka 1
2.8.3 JEDA ATAU PERSENDIAN
Jeda atau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Disebut jeda karena ada hentian itu, dan disebut persendian, di tempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara segmen yang satu dengan yang lain. Jeda dapat bersifat penuh dan dapat bersifat sementara. Biasanya di bedakan sendi dalam, menunjukan batas antara satu silabel dengan silabel yang lain. Yang menjadi batas silabel, biasanya di beri tanda (+) contoh
(16)      / lam + pu /
/am + bil/
/pe + lak + sa + na/
Sendi luar menunjukan batas yang lebih besar dari segmen silabel. Dalam hal ini, biasanya dibedakan:
1) Jeda antarkata dalam frase diberi tanpa berupa  garis miring tunggal ( / ).
2) Jeda antarfrase dalam klausa diberi tanda berupa garing miring ganda ( // ).
3) Jeda antarkalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis silang ganda (#).
Sudah disinggung bahwa tekanan dan jeda dalam bahasa Indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda itu dapat mengubah makna kalimat,seperti tampak dengan menggunakan lambang persendian.
(17)        # buku // sejarah / baru #
             # buku/sejarah/baru #
Makna kedua jelas kontruksi.

2.9 SILABEL
Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtunan bunyi ujaran.satu silabel biasanya meliputi satu vokal ,satu vokal,atau satu konsonan dan lebih. Silabel sebagai satuan ritmis mempunyai puncak kenyaringan atau sonoritas yang biasanya  jatuh pada sebuah vokal. Kenyaringan atau sonoritas,yang menjadi puncak silabel,terjadi karena adanya ruang resonasi berupa rongga mulut,rongga hidung,atau rongga-rongga lain,di dalam kepala dan dada.
Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonasi adalah bunyi vokal. Karena itulah,yang disebut  bunyi silabis atau puncak silabis adalah bunyi vokal. Perhatikan kata Indonesia [dan]. Kata ini terdiri dari bunyi [d],[a], dan [n]. bunyi [d] dan bunnyi [n] adalah bunyi konsonan,sedangkan bunyi [a] adalah bunyi vokal. Bunyi [a] pada kata itu menjadi puncak silabis dan puncak kenyaringan. Bunyi [a] sebagai vokal ketika diproduksi mempunyai ruang resonasi yang lebih besar.
Menentukan batas silabel sebuah kata kadang-kadang memang agak sukar karena penentuan batas itu bukan hanya soal fonetik, tetapi juga soal fonemik, morfologi, dan ortografi. Misalnya, kata Indonesia [makan], silabelnya adalah [ma], dan [kan]; tetapi kata [makanan], silabelnya adalah [ma], [ka], dan, [nan]. Kita lihat bunyi [m] yang menjadi koda pada silabel [kan] pada kata [makan], berpindah tempat menjadi onset pada silabel [nan] pada kata [makanan]. Padahal secara otografi menurut ketentuan ejaan bahasa Indonesia, silabelnya adalah ma+kan+an. Bunyi yang sekaligus dapat menjadi onset dan koda pada dua buah silabel yang berurutan disebut interlude. Yang di maksud dengan onset adalah bunyi pertama pada sebuah silabel, seperti bunyi /s/ pada silabel [sum] pada kata sumpah, atau bunyi [m] pada silabel [man] pada kata paman. Sedangkan yang dimaksud dengan koda adalah bunyi akhir pada sebuah silabel, seperti bunyi [n] pada silabel [man] pada kata paman, atau bunyi [m] itu pada silabel [sum] pada kata sumpah.



3.      FONEMIK
FONEMIK
Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa padaa umumnya tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak. Sebaliknya, objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jka tidak membedakan makna adalah bukan fonem.
3.1 IDENTIFIKASI FONEM
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem, Karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu. Misalnya, masing –masing dari empat buah bunyi yang pertama adalah, (L), (A), (B), (A), dan yang kedua adalah (R), (A), (B), (A).
            (L), (A), (B), (A)
            (R), (A), (B), (A)
Ternyata perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi  (L) dan (R).
Contoh lain : lawan dan rawan, bara dan para, bala dan bara, para dan pala, sangkal dan sangkar, lembab dan lembah
3.2 ALOFON
Bunyi (t) dan (th) dalam bahasa Inggris bukanlah dua buah fonemyang berbeda, melainkan dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama, yaitu fonem (t). Bunyi – bunyi yang merupakan realisasi dari sebuah fonem, seperti bunyi (t) dan (th) untuk fonem (t) bahasa Inggris diatas disebut alofon. Dalam bahasa Indonesia fonem (i) setidaknya mempunyai empat buah alofon, yaitu bunyi (i) seperti dalam kata cita, bunyi (i) seperti dalam kata tarik, bunyi (i) seperti dalam kata ingkar dan bunyi (i) seperti dalam kata kali.
Alofon terdiri dari 2 distribusi. Distribusi Komplementer dan Distribusi Bebas. Distribusi komplementer adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan, meskipun dipertukarkan juga tidak akan menimbulkan perbedaan makna. Sedangkan, distribusi bebas adalah alofon –alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu. Alofon adalah realisasi dari fonem, maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat abstrak karena fonem itu hanyalah abstraksi dari alofon – alofon atau alofon – alofon itu. Dengan kata lain, yang konkret, atau yang nyata ada dalam bahasa adalah alofon itu, sebab alofon atau alofon – alofon itulah yang diucapkan.
3.3 KLASIFIKASI FONEM
Fonem – fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran disebut juga fonem segmental. Sebaliknya fonem yang berupa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental. Jadi, pada tingkat fonemik, cirri – cirri prodi itu, seperti tekanan durasi dan bersifat fungsional, alias dapat membedakan makna.
Fonem – fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segemntasi terhadap arus ujaran disebut fonem segmental. Umpamanya, dalam bahasa Batak Toba kata ‘tutu’ (dengan tekanan pada suku pertama) bermakna ‘batu gilas’, sedangkan pada kata ‘tutu’ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti ‘betul’. Fonem suprasegmental tampaknya tidak bersifat fonemis maupun morfemis, namun, intonasi mempunyai peranan pada tingkat sintaksis. Umpanya, kalimat ‘Dia membaca komik’, dengan tekanan pada kata ‘dia’ berarti ‘yang membaca bukan orang lain’, dengan tekanan pada kata ‘membaca’ berarti ‘dia bukan ‘menulis atau menjual komik’, dan dengan tekanan pada kata ‘komik’ berarti ‘yang dibaca bukan koran’.
Contohnya dalam bahasa -  bahasa tonal (bahasa bernada) seperti bahasa Thai, bahasa Burma, dan bahasa Mandarin, nada dapat membedakan makna. Misalnya. Dalam bahasa Mandarin kata yang berbunyi (wei) bila diberi nada datar (tidak naik dan tidak turun) berarti “kutu kayu”, jika diberi nada naik berarti “bahaya”, jika diberi nada turun lalu naik berarti “menjawab dengan serta merta” dan jika diberi nada naik lalu turun berarti “turun”.
Kriteria klasifikasi fonem terhadap fonem sama dengan kriteria yang dipakai untuk klasifikasi bunyi (fon), maka penamaan fonem pun sama dengan penamaan bunyi. Jadi, kalau ada bunyi vokal depan tinggi bundar, maka juga ada atau aka nada fonem vocal depan tinggi bundar, kalau ada bunyi konsonan hambat bilabial bersuara, maka juga ada atau aka nada fonem konsonan hambat bilabial bersuara.
3.4 KHAZANAH FONEM
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam suatu bahasa. Beberapa jumlah fonem yang dimiliki oleh suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki oleh bahasa lain. Contohnya : fonem yang paling sedikit adalah 13 buah oleh Pulau Hawaii, dan fonem yang paling banyak adalah 75 buah oleh Kaukus Utara. Bahasa Arab hanya memiliki 3 buah fonem, Indonesia memiliki 6 fonem dan bahasa Inggris dan Prancis hanya memiliki lebih dari 10 fonem vocal.
Berapa jumlah fonem bahasa Indonesia? Dalam hal ini, ada yang menghitung 24 buah, yatu terdiri dari 6 buah fonem vocal (yakni a. I, u, e, o,    , o) dan 18 buah fonem konsonan (yakni p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, ɳ, s, h, r, l, w dan y). Ada juga yang menghitung ada 28 buah, yakni dengan menambahkan 4 buah fonem yang berasal dari bahasa asing, yaitu fonem f, z, ʃ, dan x. Selain itu ada juga yang menghitung ada 31 buah , yaitu dengan menambahkan 3 buah buah fonem diftong, yakni (aw), (ay) dan (oy). Akhirnya ada juga yang mendaftarkan adanya fonem global stop (?) ; tetapi ada pula yang tidak, karena hanya menganggapnya sebgai alofon dari fonem lain yaitu fonem (k).
3.5 PERUBAHAN FONEM
Ucapan sebuah fonem dapat berbeda – berbeda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem –fonem lain yang berada di sekitarnya. Misalnya seperti sudah dibicarakan di muka, fonem (o) kalau pada silabel tertutup akan berbunyi (د) dan kalau pada silabel terbuka akan berbunyi (o). Namun, perubahan yang terjadi pada kasusfonem (o) bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak mengubah fonem (o) itu menjadi fonem lain.
3.5.1 ASIMILASI
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai akibat dari bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri –ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Asimilasi dibagi menjadi 2 yaitu asimilasi fonemis dan asimilasi alomorfemis. Asimilasi fonemis adalah perubahan itu menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem. Sedangkan, asimilasi alomorfemis adalah perubahan itu tidak menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem.
3.5.2 DISIMILASI
Perubahan dalam proses asimilasi menyebabkan dua bunyi yang berbeda menjadi sama, baik seluruhnya maupun sebagian dari cirinya, maka dalam proses disimilasi proses itu menyebabkan dua buah fonemyang sama menjadi berbeda atau berlainan. Contohnya yang ada dalam bahasa Indonesia ialah kata cipta dan cinta yang berasal dari bahasa Sanskerta citta. Kita lihat, bunyi (tt) pada kata citta berubah menjadi (pt) pada kata cipta dan menjadi (nt) pada kata cinta.
3.5.3 NETRALISASI & ARKIFONEM
Bahwa fonem mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata namun didalam netralisasi tampaknya fungsi pembeda makna itu menjadi batal. Contohnya, dalam bahasa Belanda ada kata dieja hard ‘keras’ dan dilafalkan (hart), disamping itu ada kata lain yang dieja hart ‘jantung’ dan diucapkan (hart). Jadi, pelafalan kedua kata yang dieja berbeda itu adalah sama.
3.5.4 UMLAUT, ABLAUT & HARMONI VOKAL
Umlaut adalah perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa Indo Jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Harmoni vokal adalah perubahan bunyi.
3.5.5 KONTRAKSI
Kontraksi adalah penutur menyingkat atau memperpendek uajarannya. Contohnya, dalam bahasa Indonesia ungkapan tidak tahu menjadi ndak tahu, ungkapan yang itu tadi menjadi tutadi, ungkapan dalam bahasa Inggris dalam bentuk it is menjadi it’s, ungkapan are not menjadi aren’t, dan lain –lain. Dalam pemendekan seperti ini, yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih, ada yang berupa kontraksi. Dlam kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendir –sendiri. Misalnya it is menjadi it’s.
3.5.6 METASIS & EPENTIS
Metasis adalah proses bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata. Contoh kata sapu bias menjadi kata usap dan bias menjadi kata apus.
Epentesis adalah sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan lingkungannya, disisipkan kedalam sebuah kata. Contoh, kata sampi dan sapi, kata kampak dan kapak, dan kata jumblah dan jumlah.
3.6 FONEM & GRAFEM
Fonem adalah  satuan  bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti.
Grafem adalah satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah system aksara.  















BAB III PENUTUP
1.      KESIMPULAN
·         Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis ,dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.
·         Fonetik  akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya.
·         Alat ucap adalah manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis.
·         Proses fonasi terjadi jika bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka setelah melalui pita suara yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, udara tadi diteruskan ke udara bebas.
·         Tulisan fonetik dibuat untuk keperluan studi fonetik, dibuat berdsasarkan hurup dari aksara latin. Yang ditambah dengan sejumlah tanda di akritik dan sejumlah modifikasi terhadap hurup latin itu. Karena abjad latin itu hanya mempunyai 26 huruf latin. Dalam tulisan fenotif setiap huruf atau lambing hanya digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa.
·         Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vocal dan konsonan.
·         Klasifikasi vokal biasanya di klasifikasikan dan di beri nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical bisa bersifat horizontal.
·         Di sebut diftong atau vokal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama.
·         Bunyi-bunyi konsonan di bedakan berdasarkan tiga patokan yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi.
·         Unsur suprasegmental terdiri dari tekanan, nada dan jeda
·         Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtunan bunyi ujaran.satu silabel biasanya meliputi satu vokal ,satu vokal,atau satu konsonan dan lebih.
·         Fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
·         Identifikasi fonem yaitu Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem, Karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu.
·         Klasifikasi fonem yaitu fonem – fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran disebut juga fonem segmental. Sebaliknya fonem yang berupa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental.
·         Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam suatu bahasa.
·         Perubahan fonem adalah ucapan sebuah fonem dapat berbeda – berbeda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem –fonem lain yang berada di sekitarnya. Terdiri dari Asimilasi, Disismilasi, Netralisasi dan Arkifonem, Umlaut, Ablaut dan Harmoni vokal, Kontraksi dan Metasis dan Epentesis
·         Fonem adalah  satuan  bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti.
·         Grafem adalah satuan unit terkecil sebagai pembeda dalam sebuah system aksara.  










2.      PERTANYAAN & JAWABAN
Pertanyaan
1.      Fonem apa saja yang dimiliki oleh Negara Arab Saudi, sedangkan kita tahu bahwa Negara Indonesia memiliki 6 buah fonem dan yang telah disebutkan bahwa Negara Arab Saudi memiliki 3 buah fonem? (Tita Puspita Sari)
2.      Pengertian dari apikodental, labiodental dan laminopalatal? (Ai Devi)
3.      Jelaskan proses bunyi, fungsi alat dan dari mana sajakah urutan bunyi dari awal hingga akhir? (Titi Astriyani)
4.      Contoh kata pada proses fonasi terbuka agak lebar? (Vivit Siti Fatimah)
Jawaban
1.      Fonem (i) dan (a), fonem (i) dan (u), fonem (a) dan (u)
2.      Bunyi apikodental,yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lidah (apeks) dan gigi(dentum) atas. Bunyi labiodental, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir (labium) bawah dengan gigi (dentum)atas. Bunyi laminopalatal, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah (lamina) dan langit-langit keras (palatum).
3.      *Proses bunyi
Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui batang tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka setelah melalui pita suara yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, udara tadi diteruskan ke udara bebas.
*Cara Kerja Alat-Alat Bicara
1.Paru-Paru (Lung)
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan dengan arus udara yang datang dari luar mulut.Kalau arus udara datang dari paru-paru disebut arus udara agresif, dan kalau udara datang dari luar disebut udara ingresif.Terlu diketahui juga selama ini dalam bahasa indonesia tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan udara ingresif itu.
2.Pangkal Tenggorok (laring), pita suara, glotis, dan epiglotis
Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang bujungnya ada sepasang pita suara.Pita suara inidapat terbuka lebar , terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat, sesuai denagan arus udara yang dihembuskan keluar.Celah diantara pita suara itu disebut glotis.Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu.Bia glotis dalamkeadaan terbuka lebar, tidak ada bunyi bahas yang dihasilkan, selain desah nafas.Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara.Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara.Lalu, bila glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hmazah atau bunyi hambat glotal.Proses pembunyian ini dibantu oleh epiglotis (katup pangkal tenggorok) yang bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara dari dan ke paru-paru) dan jalan makanan/minuman ke arah pencernaan.
3.Rongga Kerongkongan (faring)
Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung.Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar.Bunyi bahasa yang dihasilakan disebut bunyi faringal.
4.      Pada posisi terbuka agak lebar akan menghasilkan bunyi –bunyi tak bersuara apabila arus udara ituditeruskan ke rongga mulut lalu ke rongga hidung. Disebut bunyi tak bersuara karena tidak ada getaran ppada pita suara itu.

3.      SARAN
1.      Dosen diharapkan menjelaskan keseluruhan dalam satu persatu bab dalam semua materi dalam sebuah buku yang digunakan. Mahasiswa terkadang kurang memahami apa yang disampaikan oleh kawannya dalam sebuah persentasi
2.      Lebih diperbanyak bimbingan terhadap suatu penampilan sebelum persentasi





DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta. Hal 100 – 140
WWW.Wikipedia.Com
Pellmati.blogspot.com
Fonologi.blogspot.com

No comments:

Post a Comment