DESAIN PEMBELAJARAN BIPA
Ajeng Illa, Andina Dwi Komalasari, Ira
Novianti, Lelih maolidah
Universitas Majalengka
ABSTRAK
Pada penelitian kali ini membahas mengenai BIPA yaitu Bahasa Indonesia
Pengantar Asing. BIPA sendiri tidak hanya untuk mereka para orang-orang asing
yang ingin belajar bahasa Indonesia namun bagi warga Indonesia dapat memperlajari
Bipa tentunya sebagai tutor atau pengajar BIPA itu sendiri. Pendahuluan yang
menjelaskan bahasa dan pentingnya bahasa Indonesia dikalangan negara lain
menjadikan mengapa didirikannnya BIPA di Indonesia. BIPA adalah
program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia (berbicara, menulis,
menyimak, dan membaca) bagi penutur asing. Pada pembahasan dalam penelitian ini menyinggung mengenai materi BIPA apa
saja yang layak diberikan kepada pelajar BIPA baik tingkat dasar, menengah, dan
tinggi. Kemudian matodologi dan teknik pembelajarannya yang sesuai diterapkan
kepada pelajar, selanjutnya dalah materi ajar yang digunakan di dalam kelas, di
luar kelas ataupun kelas pilihan. Selanjutnya adalah media pembelajaran yang
mendukung pembelajaran selama di kelas dan yang terakhir adalah pengajar BIPA
itu sendiri yang dianggap mumpuni untuk mengajar para pelajar BIPA.
Kata
kunci: Desain pembelajaran, BIPA
Pendahuluan
Menurut
KBBI, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh satu
anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, mengidentifikasi
diri.
Mulyasa
(2009:225) mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor internal yang datang dari dalam individu maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan.
Isskandarwassid
dan Dadang Sunendar (2009:9) mengungkapkan bahwa strategi pembelajaran meliputi
kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
BIPA
adalah program pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia (berbicara,
menulis, menyimak, dan membaca) bagi penutur asing. Bahasa Indonesia adalah
salah satu bahasa di dunia yang berkembang pesat pada abad 20-an. Pengajaran
bahasa Indonesia terus mengalami peningkatan, baik di luar maupun di dalam
negeri. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan, Republik Indonesia sejak tahun
2000 telah menyelenggrakan kegiatan pengajaran Bahasa Indonesia untuk penutur
asing. Sementara perintisan BIPA itu sendiri ada sejak 1990-an. Kemudian, pada
tahun 1999-an dibentuk tim khusus untuk menangani BIPA (Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing). Penyelenggaran kegiatan pengajaran BIPA dilandasi oleh
pertimbangan bahwa di dalam era global, posisi bahasa Indonesia dalam hubungan
dengan dunia internasional semakin penting dan potensial. Dengan demikian,
besar harapan bahasa Indonesia untuk menjadi jembatan dalam berbagai hubungan
kenegaraan, karena bagaimanapun juga bahasa merupakan alat yang penting
terutama sebagai alat berkomunikasi.
Pengetahuan
pengajar terhadap tujuaan pembelajaran BIPA, karakteristik peserta didik, serta
tingkat kebutuhan penggunaan bahasa Indonesia bagi peserta didik merupakan
pijakan dasar bagi pengajar dalam perencanaan program pengajaran.
Pembahasan
1. Materi sesuai tingkatannya
Materi
Pembelajaran BIPA yang diperlukan materi bahasa yang dikembangkan dalam pembelajaran
BIPA didasarkan pada tingkat kemampuan bahasa Indonesia pembelajarnya.
a) Untuk tingkat pemula diberikan materi
bahasa, antara lain kata sapaan, ungkapan keseharian sederhana, kalimat
sederhana, kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat negatif, preposisi,
kata/kalimat tanya, kata bilangan, dan afiksasi (me(N)-, me(N)- kan, me(N)-i,
se-nya, di-, di-kan, di-i, ber-, ter-, dan pe(N)-).
b) Untuk tingkat menengah diberikan materi
bahasa, antara lain ungkapan dalam bahasa Indonesia, kalimat kompleks, kalimat
aktif, kalimat pasif, kalimat negatif, kalimat transitif dan intransitif,
preposisi, kalimat tanya, dan afiksasi (me(N)-, me(N)-kan, me(N)-i, se-nya,
di-, di-kan, di-i, ber-, ter-, dan pe(N)-, pe(N)-an, per-an, ber-an,
memper-kan, member-kan,).
c) Adapun untuk tingkat lanjut, materi yang
disajikan pada pokoknya hampir sama dengan materi untuk tingkat menengah, hanya
tingkat kekompleksannya yang berbeda. Untuk tingkat lanjut, penekanannya lebih
pada pemahaman secara analitis terhadap materi bahasa. Kepada pelajar, selain
diberikan materi-materi tersebut, banyak juga diberikan materi-materi analisis,
yakni menganalisis kalimat salah dan membenarkannya serta mengubah pola kalimat
tanpa mengubah maknanya. Materi menyimak dan wicara dikembangkan dengan
menggunakan materi dialog, mulai dari dialog yang sangat sederhana (misalnya:
salam) sampai dengan dialog yang sangat kompleks dan formal (misalnya:
seminar). Materi dialog ini dalam praktik pembelajarannya sekaligus
dimanfaatkan untuk materi pembelajaran menyimak. Dengan demikian materi
pembelajaran menyimak dan wicara dikemas dalam satu wujud materi.
Selain
materi yang berbentuk dialog, dalam pembelajaran menyimak, juga memanfaatkan
wacana yang ada dalam kegiatan berbahasa sehari- hari, misalnya menyimak warta
berita terkini atau percakapan yang ada di televisi, radio, maupun percakapan
sehari-hari. Materi-materi tersebut disajikan kepada pelajar sesuai dengan
tingkat kemampuannya.
a) Untuk tingkat pemula, disajikan
materi-materi dialog keseharian sederhana dalam bahasa Indonesia.
b) Untuk tingkat menengah diberikan materi
dialog keseharian yang agak kompleks dan dialog-dialog formal yang sederhana.
c) Adapun untuk tingkat lanjut diberikan
materi dialog yang lebih kompleks, baik berkaitan dengan topik keseharian
maupun topik formal.
Pengembangan
materi membaca dan menulis disesuaikan dengan tingkat kemampuan pelajarnya.
a) Untuk tingkat pemula diberikan bacaan
dalam bahasa Indonesia yang sederhana,
b) Untuk tingkat menengah diberikan bacaan
dalam bahasa Indonesia yang agak kompleks, dan
c) Untuk tingkat lanjut diberikan bacaan
bahasa Indonesia yang kompleks.
Materi-materi
bacaan sederhana banyak diambil dari bacaan yang ada di majalah anak, bacaan
yang ada pada buku bahasa Indonesia di sekolah dasar, atau bacaan yang disusun
sendiri oleh pengajar. Adapun bacaan untuk tingkat menengah dan tingkat lanjut
dapat menggunakan bacaan yang ada di surat kabar atau pun majalah. Adapun untuk
materi menulis dimulai dari menulis kalimat, menulis topik sederhana tentang
pengalamannya atau apa yang telah dilakukannya sampai dengan menulis makalah
untuk diseminarkan dalam seminar di kelasnya.
Pengembangan materi budaya diserahkan pada
pengajarnya. Pokok- pokok materi yang perlu diberikan pada pelajar adalah
tentang bagaimana hidup dalam keluarga, berteman, bermasyarakat, dan
sopan-santun dalam pergaulan. Hal yang prinsip dalam pemberian materi budaya ini adalah membekali pelajar BIPA agar mampu
berbahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi.
Tahapan
materi yang disajikan dalam pembelajaran meliputi :
a) Penyajian dialog,
b) Penyajian kata-kata sulit yang ada dalam
dialog dan latihan membuat kalimat dengan kata-kata sulit tersebut,
c) Latihan merespon pernyataan-pernyataan lepas
dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam dialog,
d) Mengembangkan kreativitas dengan cara
membuat pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan topik yang dikehendaki dalam
soal,
e) Teks bacaan dengan kata-kata yang
tingkat kesulitannya hampir sama dengan kata-kata yang ada dalam dialog,
f) Pertanyaan bacaan dan latihan tentang
isi bacaan,
g) Mengubah pola kalimat dari kalimat yang
ada dalam bacaan, dan
h) Menulis ringkasan/kesan/
kritik/tanggapan terhadap isi bacaan.
2.
Metodologi dan Teknik Pembelajaran
Metodologi
dan teknik pembelajaran tidak tercantum dalam silabus, namun tampak pada
kegiatan pembelajaran. Teknik-teknik pembelajaran yang diterapkan berupa
bermain peran, permainan, diskusi, debat, wawancara, repetisi, apresiasi,
drilling, dialog, dan presentasi. Kegiatan pembelajaran terlaksana dalam tiga
bentuk yaitu, pembelajaran kelas, luar kelas (tutorial), dan kelas pilihan.
1. Pada pembelajaran kelas, bentuk kegiatan
meliputi kegiatan berdiskusi, melafalkan dialog, debat, melakukan wawancara
dengan tamu kelas oleh pebelajar, dan penyampaian materi kebahasaan oleh guru
yang selanjutnya dipraktikkan dalam bentuk performansi oleh pebelajar.
2. Dalam pembelajaran di luar kelas,
kegiatan tutorial meliputi (1) prereading, (2) penentuan objek tutorial, (3)
penjelasan materi, dan (4) evaluasi tutorial. Kegiatan pembelajaran luar kelas
yang lain adalah kegiatan kunjungan, dimana para pebelajar dituntut untuk aktif
berinteraksi dan berkomunikasi dengan penduduk sekitar tempat kunjungan.
3. Pada kelas pilihan, kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan instruksi yang seluruhnya menggunakan
bahasa Indonesia. Para pengajar juga mewajibkan pebelajar bertanya dalam bahasa
Indonesia. Namun, karena fokus kegiatan kelas pilihan adalah melatih skil
keindonesiaan pebelajar, evaluasi kebahasaan dan komunikasi tidak dilakukan.
Namun
dalam kegiatan pembelajaran pun terdapat masalah yaitu masalah nonkebahasaan
dan masalah kebahasaan.
1.
Masalah nonkebahasaan meliputi :
a) Benturan budaya dalam penyesuaian
pebelajar dengan kelas, guru, dan tutor,
b) Pemasangan tutor yang tidak tepat karena
karakter pebelajar yang kontras dengan tutor,
c) Kondisi lingkungan rumah tinggal yang
tak mendukung terjadinya komunikasi bahasa indonesia karena penghuni selalu
mengajak berbahasa inggris,
d) Kondisi psikologis pebelajar yang
fluktuatif akibat persaingan, stres dengan tugas, capai, dan rindu keluarga.
2.
Masalah kebahasaan meliputi :
a) Kesulitan melafalkan ejaan bahasa
indonesia,
b) Menyesuaikan aksen orang indonesia, dan
c) Kekurangmampuan tutor dalam menjelaskan
materi atau kosa kata tertentu.
Selain
itu, problematik kebahasaan juga berkaitan dengan materi-materi tertentu
seperti lingkungan sosial, politik, dan budaya Indonesia yang tidak dipahami
secara menyeluruh oleh pebelajar.Oleh karena itu, menimbulkan sudut pandang
yang kurang baik tentang budaya yang akan dipelajari.
3. Materi Ajar
Materi
pembelajaran disusun sendiri oleh para pengajar di bawah pengawasan koordinator
akademik. Materi berbentuk teks atau kegiatan, berisi tentang topik-topik yang
dapat langsung dipraktikkan pebelajar setelah keluar dari kelas.
Susunan
materi ajar, teridentifikasi adanya penerapan pendekatan komunikatif. Hal
tersebut ditunjukkan dengan penyesuaian materi dengan kebutuhan berbahasa
pebelajar, sehingga layak terap (applicable), pemberian konteks pada setiap
kegiatan, dan pemberian sampel terkait dengan norma kesopanan bertutur yang
memperhatikan tata krama tutur bahasa Indonesia (Oka, 1987:133).
Pada
contoh-contoh materi yang disajikan, terdapat kalimat yang berisi prosedur atau
cara-cara yang mengacu pada kalimat utamanya, yaitu memperkenalkan diri dan
keluarga. Materi tersebut diambil dari kondisi faktual di lapangan, di mana
para pebelajar pada minggu pertama perlu mengembangkan interaksi dengan
lingkungan barunya yang diawali dengan memperkenalkan diri. Materi tersebut
applicable (dapat langsung dipraktikkan) dan bersifat trainable (mudah
dilatihkan). Kalimat-kalimat yang disajikan tidak lepas dari konteks, misalnya
cara memperkenalkan diri selalu disertai dengan konteks tempat seperti di
kampus, di kos, di rumah makan, dan di acara resmi. Kemudian konteks situasi
seperti memperkenalkan orang lain, keluarga, dan teman.
Pada
contoh lain, penggunaan tata bahasa imbuhan meN- diberi keterangan
penggunaannya dalam aktivitas sehari-hari sesuai dengan konteks ruangan. Acuan
materi tersebut dapat menumbuhkan kreativitas kebahasaan pebelajar karena
pembelajar akan mencari variasi lain imbuhan MeN- dalam berbagai penggunaan. Di
samping itu, materi tersebut mengajak pebelajar berpikir logis untuk
menyesuaikan penggunaan kata kerja yang berimbuhan MeN-. Rancangan materi
dinyatakan mampu mengembangkan pemahaman bahasa Indonesia melalui bentuk-bentuk
dialog yang situasional-kontekstual.
Melalui
penelitian ini, materi BIPA disusun untuk mempermudah pengajar BIPA mengajarkan
bahasa dan budaya Indonesia kepada penutur asing secara maksimal dan sesuai
dengan kondisi nyata di lapangan. Menurut Wirasasmita (2002), sebuah materi
ajar memiliki beberapa fungsi, antara lain fungsi edukatif, sosial, ekonomi,
politis, dan seni budaya. Para penulis yakin bahwa penutur asing akan semakin
tertarik mendalami materi BIPA jika semua fungsi tersebut dimuat dalam sebuah
materi ajar yang berkualitas.
Implementasi fungsi yang mendukung nilai kearifan lokal bangsa Indonesia
dapat terwujud jika materi BIPA mencantumkan berbagai elemen-elemen kearifan
lokal seperti yang diusulkan Mustakim (2003) berikut ini:
a) Benda-benda budaya
b) Gerak-gerik anggota badan
c) Jarak fisik ketika berkomunikasi
d) Penyentuhan
e) Adat-istiadat yang berlaku di masyarakat
f) Sistem nilai yang berlaku di masyarakat
g) Sistem religi yang dianut masyarakat
h) Mata pencaharian
i)
Kesenian
j)
Pemanfaatan
waktu
k) Cara berdiri/duduk/menghormati orang
lain
l)
Keramahtamahan/tegur
sapa/basa basi
m) Pujian
n) Gotong royong
o) Sopan santun (termasuk eufemisme)
Dengan
demikian, materi yang diajarkan tidak melulu materi mengenai bahasa, tetapi
juga materi tentang budaya yang melingkupi bahasa Indonesia. Materi-materi
telah ditata berdasarkan unit-unit satuan yang komunikatif secara terintegrasi
sehingga diberi label materi integrasi dengan memperhatikan sifat trainable,
faktual, dan mampu mengembangkan kompetensi pebelajar.
4. Media Pembelajaran
Media
pembelajaran yang dipakai selama pembelajaran, diindikasikan menerapkan
prinsip-prinsip pendekatan komunikatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan
pemilihan media yang memperhatikan penekanan pengembangan kompetensi
komunikatif, bervariasi wujudnya, dan berasal dari sekitar pebelajar/otentik
(Suyono dan Basuki, 1959:9).
Pengelolaan
media dalam pembelajaran BIPA memperhatikan pengupayaan satuan unit yang
situasional dalam penghadiran dan pemanfaatannya. Misalnya mulai dari media
abstrak yang berupa tema, pemberian konteks dan situasi, hingga media konkret
berupa alat-alat peraga, kartu, slide presentasi, artikel, gambar, formulir dan
KTP dihadirkan pada materi yang berkenaan dengan identitas diri, media sayur
mayur dihadirkan dalam situasi pembelajaran kegiatan tawar menawar di pasar,
manusia dengan profesi tertentu sebagai tamu, dsb. Dengan demikian pemanfaatan
media dalam pembelajaran ini telah sesuai dengan aspek instruksional
pembelajaran BIPA. Adapun penggunaan media
Sebuah
materi berbasis multimedia yang termuat dalam bentuk audio, audio visual, dan
cetak yang diadaptasi dari Taksonomi Bretz (dalam Sudiman, 2005:21). Melalui
taksonomi tersebut, para penulis mengembangkan sebuah materi BIPA yang
menggabungkan budaya lokal dan multimedia. Para penulis akan menggunakan
beberapa media, baik elektronik atau cetak, sebagai media ajar BIPA berbasis
multimedia. Media ajar tersebut adalah: 1. Audio visual Media ajar ini menggunakan materi dalam
bentuk ilustrasi audio visual yang berisikan materi bahasa budaya lokal dan
bahasa Indonesia yang dapat menarik minat penutur asing dan melatih kemampuan
mendengar dan berbicara. 2. Cetak Media ajar ini berwujud media cetak yang
berisi latihan dan materi BIPA yang mengakomodasi kebutuhan para pembelajar
BIPA.
5. Pengajar BIPA
Pengajar
dalam pembelajaran BIPA harus orang-orang yang memiliki kompetensi komunikatif
yang handal dilengkapi dengan kompetensi gramatikal yang akurat dan termasa
(Suyitno, 2005:14). Oleh karena, data berupa latar belakang pendidikan pengajar
akan menunjukkan kualifikasi pengajar BIPA. Meskipun tidak seratus persen
pengajar berlatar pendidikan BIPA (87,5%), namun pengelola program telah
melakukan upaya khusus berupa pelatihan dan penyamaan pandangan terhadap
hakikat pendekatan yang digunakan dalam pengajaran BIPA. Dengan demikian, aspek
pengajar telah memenuhi kategori kelayakan sebagai pengajar BIPA. Selain itu,
kegiatan monitoring atau pemantauan dan evaluasi mingguan juga dilakukan untuk
memastikan para pengajar dapat menjadi model penutur bahasa Indonesia yang baik
atau dengan kata lain, pengajar mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar
serta bertanggung jawab terhadap bahasa yang diajarkannya.
Daftar Pustaka
Agustina,
Rina. Andayani, Wardani, Nugraheni Eko. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UPT P2B UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.
Hal. 142. Vol 1, No.2, 2013
Setyaningsih,
Nina. Nugroho, Raden Arief. Suryaningtyas, Valentina Widya. Pengembangan
Materi BIPA Berbasis Multimedia Dan Berkonten Budaya Lokal. CULTURE Vol.3
No.1 Mei 2016
Azizah,
Rifca Farih. Hs,Widodo. Lestari, Ida. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI
PENUTUR ASING (BIPA) PROGRAM CLS (CRITICAL LANGUAGE SCHOLARSHIP) DI FAKULTAS
SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2012.
No comments:
Post a Comment