Faktor-Faktor Penujang dan Penghambat Membaca
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan Karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Faktor-Faktor Penunjang dan
Penghambat Membaca”. Sholawat dan salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepadaIbu Risma Khoerunnisa,
S.Pd.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Membaca yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
seperjuangan yang telah berkontribusi kepada kami.
Tujuan kami menyusun makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Membaca dan sekaligus berbagi ilmu pengetahuan kepada para pembaca
tentang faktor-faktor penunjang dan penghambat membaca.
Kami selaku penyusun berharap makalah ini dapat menambah dan memperluas
ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor penunjang dan penghambat membaca
khususnya untuk kami dan umumnya untuk para pembaca. Walaupun makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya
dari para pembaca yang sifatnya membangun.
Majalengka, 30 Desember 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang
merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar
makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap
atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson
1960 : 43-44).
Minat membaca dikalangan pelajar
terkait rapat dengan faktor pencapaian. Membaca teks sastra bukan saja sekedar
menikmati maksud yang tersurat, tetapi juga maksud yang tersirat dimana ia
melibatkan pengakuan dan gerak hati. Unsur sastra dalam pendidikan berfungsi
untuk memperluaskan pemikiran individu karena genre sastra yang bermutu tinggi
mempunyai makna yang tersirat yang perlu diperhalusi oleh pembaca. Bahan bacaan
sastra boleh menanam sikap suka membaca dikalangan pelajar dan mewujudkan tabiat
membaca dalam masyarakat (Syafiah : 1979)
Menurut Smith
(1985:12) “Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang
terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual”. Informasi visual,
merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan
informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca.
Menurut Anderson (1972:211) “Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang
berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi
visual dalam bacaan, maka isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan
pengalaman penafsirannya”. Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan
apa yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu
berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Peramalan dibuat berdasarkan pada
tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis dan grafologis.
Membaca
merupakan salah satu ketrampilan yang dimiliki oleh manusia, dengan membaca
mampu membuka pintu dunia tidak lagi jendela dunia, membaca memiliki
perananyang sangat penting, karena membaca merupakan salah satu ciri manusia
yang maju, semakin banyak manusia membaca maka semakin maju pula pola pikirnya.
Namun sering kali kita hanya di ajari bagaimana membaca dengan baik, dengan
cepat dan sebagainya namun kita sangat jarang dan bahkan tidak pernah di ajari
bagaimana keampuhan membaca.
2. Rumusan Masalah
Perumusan
masalah pada Membaca yaitu :
1. Apakah yang dimaksud faktor-faktor penunjang dan penghambat
dalam membaca?
2. Pembahasan apa saja yang ada didalam faktor-faktor penunjang
dalam membaca?
3. Pembahasan apa saja yang ada didalam faktor-faktor penghambat
dalam membaca?
3. Tujuan Masalah
1.Untuk menjabarkan materi yang sudah di jabarkan melalui
persentasi dihadapan rekan – rekan
2.Untuk menambah wawasan dan pengetahuan si pembaca
terhadap makalah ini
3.Untuk
memenuhi salah satu tugas dari dosen
BAB II PEMBAHASAN
Dalam proses
membaca terjadi proses internalisasi pikiran-pikiran orang lain menuju dan
mempengaruhi pola pikir kita, maka dengan demikian membaca memiliki dampak
sesuatu bagi diri kita. Baik secara psikologis maupun secara pemikirnya dan
proses internalisasi bacaan tersebut di pengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut terbagi dua, yaitu faktor penghambat membaca dan faktor
pendukung membaca.
Faktor
penghambat ialah segala sesuatu yang menjadikan proses internalisasi bacaan
menuju pikiran kita terjadi hambatan. Sedangkan, Faktor pendukung adalah
faktor-faktor yang menajdikan proses internalisasi bacaan terjadi secara
lancar.
Tentunya faktor
penghambat dan pendukung tersebut sangat di pengaruhi oleh kemampuan membaca
seorang anak, semakin bagus kemampuan membaca anak, maka dapat dikatan ia
mempunyai faktor pendukung lebih banyak, sedangkan anak yang memiliki kemampuan
membaca kurang maka jelas anak memiliki faktor penghambat lebih dominan di
dalam dirinya.
Faktor
penghambat dalam kegiatan membaca :
1.
Siswa kurang
mengenal huruf, bunyi bahasa (fonetik), dan bentuk kalimat.
Suatu kemampuan
untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan metode yang berupa gambar,
gambar diatas suatu lembaran, lengkunga-lengkungan, garis-garis, dan
titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi
2.
Siswa tidak
memahami makna kata yang dibacanya
Minat siswa terhadap
kosakata harus ditumbuhkan agar ia terus dan terus ingin menambah pembendahaan
katanya melalui berbagai aktivitas. Minat ini dapat dikembangkan dengan cara,
diantaranya adalah melakukan aktivitas yang menantang dan memperluas
pengetahuan mereka. Dalam kaitan ini dapat kita asumsikan bahwa semakin banyak
kosakata seseorang, semakin mudah ia memahami teks, semakin ia mudah memahami
teks semakin ia banyak membaca dan semakin ia banyak membaca semakin ia banyak
kosakatanya.
3.
Adanya
perbedaan dialek siswa dengan pengucapan bahasa Indonesia yang baku.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar
pendidikan. Secara gamblang, siswa di sekolah beserta unsur-unsur pendidikan
harus memakai Bahasa Indonesia untuk pengantar pendidikan dan bahasa pergaulan
dalam kegiatan dalam lingkungan pendidikan. Dari seluruh tingkat pendidikan
mulai dari SD sampai dengan SMA bahkan Perguruan Tinggi seharusnya
berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Walau secara kasat mata, bahasa ibu atau
bahasa pertama tak bias ditampik untuk dilestarikan. Tetapi dalam proses
komunikasi dalam pendidikan dan pelajaran harus menggunakan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar.
Menurut
Guiraud yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983)
terjadinya ragam dialek itu disebabkan oleh adanya hubungan dan keunggulan
bahasa yang terbawa ketika terjadinya perpindahan penduduk, penyerbuaan atau
penjajahan. Hal yang tidak boleh dilupakan ialah peranan dialek atau bahasa
yang betentangan proses suatu terjadinya dialek itu. Dari dialek dan bahasa
yang bertentangan itu anasir kosakata, struktur, dan cara pengucapan atau
lafal. Setelah itu kemudian ada di antara dialek tersebut yang diangkat menjadi
bahasa baku, maka peranan bahasa baku itu pun tidak boleh dilupakan. Sementara
pada gilirannya bahasa baku tetap terkena pengaruh baik dari dialeknya ataupun
bahasa tetangganya. Selanjutnya dialek berkembang menuju dua arah yaitu,
perkembangan membaik dan perkembangan memburuk.
Menurut
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983) bahasa sunda di kota Bandung
dijadikan bahasa sekolah yang dianggap sebagai bahasa Sunda baku. Hal tersebut
didasarkan kepada faktor obyektif dan subyektif. Secara obyektif memang harus
diakui bahawa bahasa Sunda kota bandung memberikan kemungkinan lebih besar
untuk dijadikan bahasa sekolah kemudian sebagai bahasa suda bak. hal ini
merupakan dialek bahasa Sunda mengalami perkembangan membaik. Menurut Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983) memberi contoh perkembangan dialek
yang memburuk sebagai berikut. Pada lima tahun yang lalu penduduk kampung legok
(Indramayu) masih berbicara bahasa Sunda sekarang penduduk kampong tersebut
hanya dapat mempergunakan bahasa Jawa-Cirebon. Dengan kata lain, bahasa Sunda
di kampung itu sekarang telah lenyap dan kelenyapan itu merupakan keadaan yang
paling buruk. Fakta itu merupakan perkembangan memburuk suatu bahasa atau
dialek.
4.
Siswa terlalu
cepat membaca karena kemungkinan perasaannya tertekan.
Tertekan atau
stress yang merusak telah menjadi suatu kenyataan pada kehidupan sehari-hari,
bagi hamper semua orang termasuk sang anak yang sedang membaca dengan kecepatan
yang tinggi dan menyebabkan perasaannya tertekan karena sang anak tidak
mengerti apa yang sudah dibacanya itu. Penyakit yang berhubungan dengan stress
yang melemahkan manusia makin meningkat, dan bersama dengan itu kebutuhan untuk
mengendalikan dan menghilangkan stress membebani secara berlebihan.
Tapi adalah
normal untuk mengalami stress, bahkan dalam bebrapa kasus perlu. Namun dalam hal ini sang anak sebisa mungkin
dijauhkan dari stress yang berlebihan yang akan berpengaruh pada kondisi ia
akan membaca.
5.
Siswa bingung
meletakkan posisi kata.
Kata yang
begitu banyak membuat siswa bingung mengingat apa yang sudah dibacanya karena
kata-kata yang termuat dalam membaca terlalu banyak. Saat proses mengingat
siswa bingung untuk memyusun kembali kata-kata yang terjadi dalam suatu
kalimat.
6.
Siswa bingung
dengan membaca huruf yang bunyinya sama, seperti: bunyi huruf /b/ dengan /p/
Pembelajaran
membaca permulaan sangat penting dalah hal membedakan huruf dan bunyinya,
dengan metode abjad yang digunakan dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf
secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai
dengan bunyinya menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan
huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan huruf-huruf
tersebut berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah
tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan
beberapa huruf yan sudah dikenalnya.
Contoh
: b dan a dibaca ba
C dan a dibaca ca
Sehingga
dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca”.
7.
Siswa kurang
mengerti tentang arti tanda baca, maka tanda baca tidak perlu diperhatikannya.
Terkadang tanda
baca yang belum diketahui siswa kurang dipahami. Sehingga mmembuat siswa
kebingungan seperti tanda baca @, *, >. Namun siswa perlu melewati tanda
baca yang dianggap tidak perlu dibacanya.
8.
Terjadinya
keragu-raguan dalam membaca
Membaca mungkin
tampak mudah dan otomatis untuk orang-orang yang menguasainya tanpa kesulitan.
Namun, membaca adalah tugas yang kompleks dan menantang bagi otak kita,
sehingga kita tidak perlu heran bahwa begitu banyak anak-anak berjuang dengan
akan hal itu.
Bahkan, sekitar
15% sampai 20% dari populasi Amerika Serikat memiliki cacat bacaan tertentu
yang disebut disleksia, yang merupakan penyebab utama dari kegagalan membaca di
sekolah. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi dan keraguan diri, terutama ketika
tidak terdiagnosis untuk waktu yang lama.
Membaca adalah
sedikit mirip seperti naik sepeda: memerlukan banyak latihan sekaligus dengan
waktu yang tepat. Dengan latihan, pembaca secara bertahap belajar membaca
kata-kata secara otomatis sehingga mereka dapat memfokuskan energi mental
mereka pada memahami dan mengingat apa yang telah mereka baca.
9.
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa
Faktor
lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa dirumah, dan
(2) sosial ekonomi keluarga siswa.
1.
Latar
belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan
bahasa anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak
dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat
juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga
yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami
anak – anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi,
tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis,
bisa mengarahkan anak – anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan,
suka menantang anak untuk berfikir , dan suka mendorong anak untuk mandiri
merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan
yang baik untuk belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa
dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang
dibesarkan oleh kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang pembantu rumah
tangga, atau orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak.
Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh
seorang ayah saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan
menyababkan tekanan pada anak – anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang
traumatis bagi anak – anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga
anak dan peka pada perubahan yang tiba – tiba terjadi pada anak.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca.
Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan
senang membacakan cerita kepada anak – anak mereka umumnya menghasilkan anak
yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap
kegiatan sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif
anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca. Kualitas dan luasnya
pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca
seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak –
anak memungkinkan anak – anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.
2.
Faktor
sosial ekonomi
Ada
kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak – anak mereka
siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak
berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan
kagiatan membaca anak secara terus – menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian
daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka
untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi
buku cerita dan pengaaman membaca dengan anak – anak. Sebaliknya, anak – anak
yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan –
kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi
pembaca yang baik.
Faktor
sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang
membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa
status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi
status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak–anak yang
mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang
berbicara dan mendorong anak –anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan
bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak.
Anak–anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca,
dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai
kemampuan membaca yang tinggi.
10.
Kurangnya minat membaca dalam diri siswa atau faktor fisiologis
Faktor
fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak
untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan
secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal
dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat
menemukan tanda – tanda yang disebutkan di atas.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan
bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya
mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat
pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak
sering menggosok – gosok matanya, dan mengerjap – ngerjapkan matanya ketika
membaca. Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada
orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain,
guru harus sensitif terhadap gangguan yang dialami oleh seorang anak. Makin
cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan.
Sebaiknya, anak – anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai
membaca permulaan.
Walaupun
tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami
kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya
kemampuan mereka dalam membedakan simbol – simbol cetakan, seperti huruf –
huruf, angka – angka, dan kata – kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p,
dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan
mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam
menentukan kesiapan membaca anak.
11.
Tidak ada galakan daripada ibu bapak dalam hal membaca
Orang tua yang
acuh terhadap sikap anak dalam hal ini sikap membaca pada sang anak tidak akan
membimbing sang untuk mengarahkan sang anak dalam membiasakan budaya membaca.
Namun orangtua yang paham apa pentingnya membaca sebuah buku akan jauh
mendorong sang anak untuk turut serta mempelajari hal-hal baru dalam membaca
sehingga sang anak akan memiliki motivasi dalam hal membaca. Jadi peran penting
kedua orangtua membantu sikap anak dalam tindakan selanjutn ya termasuk
membaca.
12.
Topik atau materi dalam membaca
Topik atau
materi yang sulit membuat sang anak kebingungan untuk segera membaca, mereka
akan memikirkan terus menerus apa yang dimaksud dalam penyampaian topic atau
materi yang dituangkan dalam sebuah karya didalam bacaan. Sehingga membuat anak
malas membaca karena melihat topic atau materinya saja sudah menyulitkan
pemahaman mereka.
Faktor
penunjang dalam kegiatan membaca :
1.
Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha – usaha
seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan
diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian
membacanya atas kesadarannya sendiri. Seorang guru harus berusaha memotivasi
siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan
mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca. Kematangan sosio
dan emosi serta penyesuaian diri.
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat
tertentu. Anak – anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara
berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau
mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak –
anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan
perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan
memungkinkan kemajuan kemampuan anak – anak dalam memahami bacaan akan
meningkat.
Percaya diri
sangat dibutuhkan oleh anak – anak. Anak – anak yang kurang percaya diri di
dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya
walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada
orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta
untuk diperhatikan guru
2.
Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan
berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan
dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas,
Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif
terhadap lingkungan.
Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris
dan Sipay menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah)
antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata – rata peningkatan
remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa
banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai
kemampuan inteligensi tinggi eenjadi pembaca yang baik.
3.
Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes
mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk
mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik
pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami
belajar itu sebagai suatu kebutuhan. Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa
motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu
kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan
kerja otak siswa. Di samping itu, suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar belajar lebih intensif. Seseorang
tidak berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa
diwujudkan dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain
dapat dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan
yang menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian
siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa terbang lebih jauh.
4.
Keuletan
Sifat Ulet adalah lawan dari putus asa. Ulet juga berarti tidak
mudah putus asa, yang disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan
cita-cita. Siswa yang mau mencoba terus menerus tanpa menyerah dalam membaca,
akan memiliki motivasi yang dalam dan membangkitkan dirinya dalam hal membaca.
5.
Konsentrasi
Membaca buku teks tanpa konsentrasi adalah membuang-buang waktu
saja dan sebaiknya, sedapat mungkin, jangan melakukan hal itu. Penulisan buku teks memang berbeda dari buku
cerita. Berbeda daro buku cerita atau
novel yang bertujuan untuk menceritakan sesuatu, biasanya dengan memainkan
emoasi pembaca, buku teks biasanya bersifat akademis dan bertujuan untuk
memberikan informasi kepada pembaca. Kalau Anda membaca buku teks dengan
santai, informasi yang diberikan buku teks tersebut akan hanya berlalu begitu
saja, tidak masuk ke dalam ingatan Anda karena tidak Anda kaitkan dengan
pemahaman Anda atau pengetahuan Anda sebelumnya, Akibatnya, Anda tidak dapat memahami apa yang
ingin disampaikan pengarang kepada Anda.
Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, konsentrasi memang sangat diperlukan dalam
mengerjakan sesuatu. Banyak buku yang
mengajarkan cara meningkatkan konsentrasi, misalnya dengan cara meditasi dan
sebagainya. Tetapi, berdasarkan
pengalaman, ada teknik sederhana yang dapat meningkatkan konsentrasi, terutama
dalam belajar atau membaca buku. Rahasia
konsentrasi terletak pada kemampuan untuk membangkitkan minat terhadap apa yang
Anda baca, pelajari, atau kerjakan. Kalau
Anda tertarik pada bacaan, pelajaran, apa sesuatu yang Anda kerjakan, insya
Allah Anda akan dapat mengonsentrasikan perhatian Anda pada apa yang Anda baca,
pelajari, atau kerjakan. Bacaan atau
pelajaran itu akan mudah Anda mengerti.
6.
Kompetensi
bahasa
Membaca
adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau
melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Menurut
Tarigan (1999:10-11), “Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu : (1)
pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (2) korelasi aksara beserta
tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, dan (3) hubungan
lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau meaning.”
Hubungan
lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau meaning pada hakikatnya
merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk
menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang
formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata
tersebut.
7.
Kemampuan yang
memadai
Kemampuan yang
memadai yang dimiliki sang anak pun berpengaruh. Kemampuan yang dimaksudkan
adalah kemmapuan membaca dengan cepat dengan pemahaman yang tinggi serta
dorongan-dororngan dari faktor internal dan eksternal. Seperti dorongan dari
kedua orangtua, dorongan dari lingkungan ia bermain.
8.
Kematangan
sosio dan emosi serta penyesuaian diri.
Terdapat tiga aspek kematangan emosi dan sosial
yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.
Anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya akan lebih mudah memusatkan
perhatian pada
teks yang dibacanya.
Glazer & Searfoss dalam Farida Rahim (2007:
30) mengemukakan bahwa siswa perlu
menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan demikian, siswa akan menjadi
yakin terhadap dirinya sendiri, penuh percaya diri, dan dapat mengerjakan tugas
sesuai kemampuannya dengan baik.
a) Adapun
Solusi dalam Mengatasi Faktor Lingkungan
1. Mengidentifikasi latar belakang penyebab
timbulnya rasa atau sifat malas membaca (faktor intrinsik dan ekstrinsik).
Unsur intrinsik meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan pengalaman serta
percaya dalam memahami makna membaca.
2. Belajar dengan cara banyak membaca untuk
memahami sudut pandang tentang makna membaca (positif dan negatif). Dari sisi
positif, membaca antara lain dipandang sebagai ibadah dan kebutuhan, kewajiban
sosial, panggilan jiwa, aktualisasi diri, dan suatu kegiatan yang menyenangkan.
3. Proses pembelajaran membaca yang lebih
intensif lagi melalui aktif berkomunikasi dan bergaul dengan para pembaca atau
ahli membaca dan juga pembaca keras-cerdas.
4. Dengan hanya membaca, mendengar dan melihat
orang membaca saja tidaklah cukup. Diperlukan bentuk pembelajaran lainnya yaitu
mencoba terjun langsung membaca khususnya yang sesuai dengan bidang dan
kompetensinya.
b) Meningkatkan Minat Membaca
1. Penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan
hasil karya siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar membaca.
2. Penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas
judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas.
3. Penciptaan antusiasme pada individu siswa terhadap pentingnya membaca
buku dan berbagai sumber ilmu lainnya.
4. Pemanfaatan kegiatan membaca sebagai alat belajar seluruh bidang studi
yang diampu oleh masing-masing guru.
5. Pesan pesan edukatif yang disampaikan dengan gaya anak muda terpampang
disetiap sudut sudut ruangan.
6. Nukilan episode sebuah cerita selalu ada dalam
mading sehingga menarik minat siswa untuk membaca.
7. Rak buku yang di pajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya
dengan ditampilkan laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”.
8. Ada informasi mengenai kehebatan para penulisbeserta karya-karya
penulis nasional di perpustakaan maupun mading.
9. Ada poster berisi cuplikan isi buku baru dan laku keras di masyarakat.
10. Ada display atau pajangan atau informasi buku-buku baru best seller
dengan gaya yang atraktif di perpustakaan.
11. Tersedia tempat buku atau baca buku lesehan di sekolah, misalnya di
beranda musalah atau di depan-depan kelas.
12. Tersedia ruangan khusus dengan satu atau dua komputer yang berisi
permainan seputar perbukuan, kepenulisan, dan penulis.
Seorang
pembaca perlu melakukan sesuatu agar dapat menumbuhkan dan selanjutnya
meningkatkan minat bacanya, yaitu:
1) Yakin bahwa gemar membaca merupakan hal yang terbaik untuk dapat
bersaing diera global.
2) Memiliki niat yang tulus untuk membaca.
3) Library visit, seringlah mendatangi perpustakaan setiap ada waktu
luang.
4) Menambah wawasan dengan menyisihkan uang lebih untuk membeli buku
minimal 1 bulan sekali.
5) Mulailah membaca buku dengan membaca daftar isinya terlebih dahulu.
6) Catatlah setiap ada informasi penting dari buku yang anda baca.
7) Having fun with book, bersenang-senang dengan buku.
8) Book talks, atau ceritakan atau sampaikan informasi yang telah anda
peroleh setelah membaca buku kepada teman anda, begitu juga sebaliknya.
BAB III PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Faktor
penghambat dalam kegiatan membaca :
ü Siswa
kurang mengenal huruf, bunyi bahasa (fonetik), dan bentuk kalimat.
ü Siswa
tidak memahami makna kata yang dibacanya
ü Adanya
perbedaan dialek siswa dengan pengucapan bahasa Indonesia yang baku.
ü Siswa
terlalu cepat membaca karena kemungkinan perasaannya tertekan.
ü Siswa
bingung meletakkan posisi kata.
ü Siswa
bingung dengan membaca huruf yang bunyinya sama, seperti: bunyi huruf /b/
dengan /p/
ü Siswa
kurang mengerti tentang arti tanda baca, maka tanda baca tidak perlu diperhatikannya.
ü Terjadinya
keragu-raguan dalam membaca
ü Faktor lingkungan juga mempengaruhi
kemajuan kemampuan baca siswa dalam
diri siswa atau faktor fisiologis
ü Tidak ada galakan daripada ibu bapak
dalam hal membaca
ü Topik atau materi dalam membaca
Faktor
penunjang dalam kegiatan membaca :
ü Minat
ü Intelektual
ü Motivasi
ü Keuletan
ü Konsentrasi
ü Kemampuan
yang memadai
ü Kematangan
sosio dan emosi serta penyesuaian diri.
a) Adapun
Solusi dalam Mengatasi Faktor Lingkungan
1. Mengidentifikasi latar belakang penyebab
timbulnya rasa atau sifat malas membaca (faktor intrinsik dan ekstrinsik).
Unsur intrinsik meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan pengalaman serta
percaya dalam memahami makna membaca.
2. Belajar dengan cara banyak membaca untuk
memahami sudut pandang tentang makna membaca (positif dan negatif). Dari sisi
positif, membaca antara lain dipandang sebagai ibadah dan kebutuhan, kewajiban
sosial, panggilan jiwa, aktualisasi diri, dan suatu kegiatan yang menyenangkan.
3. Proses pembelajaran membaca yang lebih
intensif lagi melalui aktif berkomunikasi dan bergaul dengan para pembaca atau
ahli membaca dan juga pembaca keras-cerdas.
4. Dengan hanya membaca, mendengar dan melihat
orang membaca saja tidaklah cukup. Diperlukan bentuk pembelajaran lainnya yaitu
mencoba terjun langsung membaca khususnya yang sesuai dengan bidang dan
kompetensinya.
b) Meningkatkan Minat Membaca
1. Penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan
hasil karya siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar
membaca.
2. Penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas
judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas.
3. Penciptaan antusiasme pada individu siswa terhadap pentingnya membaca
buku dan berbagai sumber ilmu lainnya.
4. Pemanfaatan kegiatan membaca sebagai alat belajar seluruh bidang studi
yang diampu oleh masing-masing guru.
5. Pesan pesan edukatif yang disampaikan dengan gaya anak muda terpampang
disetiap sudut sudut ruangan.
6. Nukilan episode sebuah cerita selalu ada dalam
mading sehingga menarik minat siswa untuk membaca.
7. Rak buku yang di pajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya
dengan ditampilkan laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”.
8. Ada informasi mengenai kehebatan para penulisbeserta karya-karya
penulis nasional di perpustakaan maupun mading.
9. Ada poster berisi cuplikan isi buku baru dan laku keras di masyarakat.
10. Ada display atau pajangan atau informasi buku-buku baru best seller
dengan gaya yang atraktif di perpustakaan.
11. Tersedia tempat buku atau baca buku lesehan di sekolah, misalnya di
beranda musalah atau di depan-depan kelas.
12. Tersedia ruangan khusus dengan satu atau dua komputer yang berisi
permainan seputar perbukuan, kepenulisan, dan penulis.
Seorang
pembaca perlu melakukan sesuatu agar dapat menumbuhkan dan selanjutnya
meningkatkan minat bacanya, yaitu:
1) Yakin bahwa gemar membaca merupakan hal yang terbaik untuk dapat
bersaing diera global.
2) Memiliki niat yang tulus untuk membaca.
3) Library visit, seringlah mendatangi perpustakaan setiap ada waktu
luang.
4) Menambah wawasan dengan menyisihkan uang lebih untuk membeli buku
minimal 1 bulan sekali.
5) Mulailah membaca buku dengan membaca daftar isinya terlebih dahulu.
6) Catatlah setiap ada informasi penting dari buku yang anda baca.
7) Having fun with book, bersenang-senang dengan buku.
8) Book talks, atau ceritakan atau sampaikan informasi yang telah anda
peroleh setelah membaca buku kepada teman anda, begitu juga sebaliknya.
2.
PERTANYAAN & JAWABAN
3. SARAN
1. Dosen
diharapkan menjelaskan keseluruhan dalam satu persatu bab dalam semua materi
dalam sebuah buku yang digunakan. Mahasiswa terkadang kurang memahami apa yang
disampaikan oleh kawannya dalam sebuah persentasi
2. Lebih
diperbanyak bimbingan terhadap suatu penampilan sebelum persentasi
kak ini membaca intensif atau ekstensif?
ReplyDelete