Friday, 20 July 2018

Faktor-Faktor Penujang dan Penghambat Membaca



Faktor-Faktor Penujang dan Penghambat Membaca


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Membaca”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepadaIbu Risma Khoerunnisa, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah Membaca yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah berkontribusi kepada kami.
Tujuan kami menyusun makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Membaca dan sekaligus berbagi ilmu pengetahuan kepada para pembaca tentang faktor-faktor penunjang dan penghambat membaca.
Kami selaku penyusun berharap makalah ini dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor penunjang dan penghambat membaca khususnya untuk kami dan umumnya untuk para pembaca. Walaupun makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang sifatnya membangun. 



Majalengka, 30 Desember 2016
Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
1.                  LATAR BELAKANG
          Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960 : 43-44).
         Minat membaca dikalangan pelajar terkait rapat dengan faktor pencapaian. Membaca teks sastra bukan saja sekedar menikmati maksud yang tersurat, tetapi juga maksud yang tersirat dimana ia melibatkan pengakuan dan gerak hati. Unsur sastra dalam pendidikan berfungsi untuk memperluaskan pemikiran individu karena genre sastra yang bermutu tinggi mempunyai makna yang tersirat yang perlu diperhalusi oleh pembaca. Bahan bacaan sastra boleh menanam sikap suka membaca dikalangan pelajar dan mewujudkan tabiat membaca dalam masyarakat (Syafiah : 1979)
Menurut Smith (1985:12) “Dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual”. Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca. Menurut Anderson (1972:211) “Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan, maka isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya”. Pembaca yang telah lancar pada umumnya meramalkan apa yang dibacanya dan kemudian menguatkan atau menolak ramalannya itu berdasarkan apa yang terdapat dalam bacaan. Peramalan dibuat berdasarkan pada tiga kategori sistem yaitu aspek sistematis, sintaksis dan grafologis.
Membaca merupakan salah satu ketrampilan yang dimiliki oleh manusia, dengan membaca mampu membuka pintu dunia tidak lagi jendela dunia, membaca memiliki perananyang sangat penting, karena membaca merupakan salah satu ciri manusia yang maju, semakin banyak manusia membaca maka semakin maju pula pola pikirnya. Namun sering kali kita hanya di ajari bagaimana membaca dengan baik, dengan cepat dan sebagainya namun kita sangat jarang dan bahkan tidak pernah di ajari bagaimana keampuhan membaca.


2.         Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada Membaca yaitu :
1. Apakah yang dimaksud faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam membaca?
2. Pembahasan apa saja yang ada didalam faktor-faktor penunjang dalam membaca?
3. Pembahasan apa saja yang ada didalam faktor-faktor penghambat dalam membaca?

3.         Tujuan Masalah
1.Untuk menjabarkan materi yang sudah di jabarkan melalui persentasi dihadapan rekan – rekan
2.Untuk  menambah wawasan dan pengetahuan si pembaca terhadap makalah ini
3.Untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen



BAB II PEMBAHASAN
Dalam proses membaca terjadi proses internalisasi pikiran-pikiran orang lain menuju dan mempengaruhi pola pikir kita, maka dengan demikian membaca memiliki dampak sesuatu bagi diri kita. Baik secara psikologis maupun secara pemikirnya dan proses internalisasi bacaan tersebut di pengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut terbagi dua, yaitu faktor penghambat membaca dan faktor pendukung membaca.
Faktor penghambat ialah segala sesuatu yang menjadikan proses internalisasi bacaan menuju pikiran kita terjadi hambatan. Sedangkan, Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang menajdikan proses internalisasi bacaan terjadi secara lancar.
Tentunya faktor penghambat dan pendukung tersebut sangat di pengaruhi oleh kemampuan membaca seorang anak, semakin bagus kemampuan membaca anak, maka dapat dikatan ia mempunyai faktor pendukung lebih banyak, sedangkan anak yang memiliki kemampuan membaca kurang maka jelas anak memiliki faktor penghambat lebih dominan di dalam dirinya.

Faktor penghambat dalam kegiatan membaca :
1.                  Siswa kurang mengenal huruf, bunyi bahasa (fonetik), dan bentuk kalimat.
Suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan metode yang berupa gambar, gambar diatas suatu lembaran, lengkunga-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi
2.                  Siswa tidak memahami makna kata yang dibacanya
Minat siswa terhadap kosakata harus ditumbuhkan agar ia terus dan terus ingin menambah pembendahaan katanya melalui berbagai aktivitas. Minat ini dapat dikembangkan dengan cara, diantaranya adalah melakukan aktivitas yang menantang dan memperluas pengetahuan mereka. Dalam kaitan ini dapat kita asumsikan bahwa semakin banyak kosakata seseorang, semakin mudah ia memahami teks, semakin ia mudah memahami teks semakin ia banyak membaca dan semakin ia banyak membaca semakin ia banyak kosakatanya.
3.                  Adanya perbedaan dialek siswa dengan pengucapan bahasa Indonesia yang baku.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan. Secara gamblang, siswa di sekolah beserta unsur-unsur pendidikan harus memakai Bahasa Indonesia untuk pengantar pendidikan dan bahasa pergaulan dalam kegiatan dalam lingkungan pendidikan. Dari seluruh tingkat pendidikan mulai dari SD sampai dengan SMA bahkan Perguruan Tinggi seharusnya berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Walau secara kasat mata, bahasa ibu atau bahasa pertama tak bias ditampik untuk dilestarikan. Tetapi dalam proses komunikasi dalam pendidikan dan pelajaran harus menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Menurut Guiraud yang dikutip oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983) terjadinya ragam dialek itu disebabkan oleh adanya hubungan dan keunggulan bahasa yang terbawa ketika terjadinya perpindahan penduduk, penyerbuaan atau penjajahan. Hal yang tidak boleh dilupakan ialah peranan dialek atau bahasa yang betentangan proses suatu terjadinya dialek itu. Dari dialek dan bahasa yang bertentangan itu anasir kosakata, struktur, dan cara pengucapan atau lafal. Setelah itu kemudian ada di antara dialek tersebut yang diangkat menjadi bahasa baku, maka peranan bahasa baku itu pun tidak boleh dilupakan. Sementara pada gilirannya bahasa baku tetap terkena pengaruh baik dari dialeknya ataupun bahasa tetangganya. Selanjutnya dialek berkembang menuju dua arah yaitu, perkembangan membaik dan perkembangan memburuk.
Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983) bahasa sunda di kota Bandung dijadikan bahasa sekolah yang dianggap sebagai bahasa Sunda baku. Hal tersebut didasarkan kepada faktor obyektif dan subyektif. Secara obyektif memang harus diakui bahawa bahasa Sunda kota bandung memberikan kemungkinan lebih besar untuk dijadikan bahasa sekolah kemudian sebagai bahasa suda bak. hal ini merupakan dialek bahasa Sunda mengalami perkembangan membaik. Menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1983) memberi contoh perkembangan dialek yang memburuk sebagai berikut. Pada lima tahun yang lalu penduduk kampung legok (Indramayu) masih berbicara bahasa Sunda sekarang penduduk kampong tersebut hanya dapat mempergunakan bahasa Jawa-Cirebon. Dengan kata lain, bahasa Sunda di kampung itu sekarang telah lenyap dan kelenyapan itu merupakan keadaan yang paling buruk. Fakta itu merupakan perkembangan memburuk suatu bahasa atau dialek.
4.                  Siswa terlalu cepat membaca karena kemungkinan perasaannya tertekan.
Tertekan atau stress yang merusak telah menjadi suatu kenyataan pada kehidupan sehari-hari, bagi hamper semua orang termasuk sang anak yang sedang membaca dengan kecepatan yang tinggi dan menyebabkan perasaannya tertekan karena sang anak tidak mengerti apa yang sudah dibacanya itu. Penyakit yang berhubungan dengan stress yang melemahkan manusia makin meningkat, dan bersama dengan itu kebutuhan untuk mengendalikan dan menghilangkan stress membebani secara berlebihan.
Tapi adalah normal untuk mengalami stress, bahkan dalam bebrapa kasus perlu.  Namun dalam hal ini sang anak sebisa mungkin dijauhkan dari stress yang berlebihan yang akan berpengaruh pada kondisi ia akan membaca.
5.                  Siswa bingung meletakkan posisi kata.
Kata yang begitu banyak membuat siswa bingung mengingat apa yang sudah dibacanya karena kata-kata yang termuat dalam membaca terlalu banyak. Saat proses mengingat siswa bingung untuk memyusun kembali kata-kata yang terjadi dalam suatu kalimat.
6.                  Siswa bingung dengan membaca huruf yang bunyinya sama, seperti: bunyi huruf /b/ dengan /p/
Pembelajaran membaca permulaan sangat penting dalah hal membedakan huruf dan bunyinya, dengan metode abjad yang digunakan dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yan sudah dikenalnya.
Contoh :   b dan a dibaca ba
                 C dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca”.
7.                  Siswa kurang mengerti tentang arti tanda baca, maka tanda baca tidak perlu diperhatikannya.
Terkadang tanda baca yang belum diketahui siswa kurang dipahami. Sehingga mmembuat siswa kebingungan seperti tanda baca @, *, >. Namun siswa perlu melewati tanda baca yang dianggap tidak perlu dibacanya.
8.                  Terjadinya keragu-raguan dalam membaca
Membaca mungkin tampak mudah dan otomatis untuk orang-orang yang menguasainya tanpa kesulitan. Namun, membaca adalah tugas yang kompleks dan menantang bagi otak kita, sehingga kita tidak perlu heran bahwa begitu banyak anak-anak berjuang dengan akan hal itu.
Bahkan, sekitar 15% sampai 20% dari populasi Amerika Serikat memiliki cacat bacaan tertentu yang disebut disleksia, yang merupakan penyebab utama dari kegagalan membaca di sekolah. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi dan keraguan diri, terutama ketika tidak terdiagnosis untuk waktu yang lama.
Membaca adalah sedikit mirip seperti naik sepeda: memerlukan banyak latihan sekaligus dengan waktu yang tepat. Dengan latihan, pembaca secara bertahap belajar membaca kata-kata secara otomatis sehingga mereka dapat memfokuskan energi mental mereka pada memahami dan mengingat apa yang telah mereka baca.
9.               Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa
Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa dirumah, dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa.
1.               Latar belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak – anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak – anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berfikir , dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan pada anak – anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak – anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada perubahan yang tiba – tiba terjadi pada anak.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak – anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak – anak memungkinkan anak – anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.

2.               Faktor sosial ekonomi
Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak – anak mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kagiatan membaca anak secara terus – menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengaaman membaca dengan anak – anak. Sebaliknya, anak – anak yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan – kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang baik.
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak–anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak –anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak–anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.
10.           Kurangnya minat membaca dalam diri siswa atau faktor fisiologis
Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda – tanda yang disebutkan di atas.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok – gosok matanya, dan mengerjap – ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan yang dialami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak – anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan.
Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol – simbol cetakan, seperti huruf – huruf, angka – angka, dan kata – kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak.
11.           Tidak ada galakan daripada ibu bapak dalam hal membaca
Orang tua yang acuh terhadap sikap anak dalam hal ini sikap membaca pada sang anak tidak akan membimbing sang untuk mengarahkan sang anak dalam membiasakan budaya membaca. Namun orangtua yang paham apa pentingnya membaca sebuah buku akan jauh mendorong sang anak untuk turut serta mempelajari hal-hal baru dalam membaca sehingga sang anak akan memiliki motivasi dalam hal membaca. Jadi peran penting kedua orangtua membantu sikap anak dalam tindakan selanjutn ya termasuk membaca.
12.           Topik atau materi dalam membaca
Topik atau materi yang sulit membuat sang anak kebingungan untuk segera membaca, mereka akan memikirkan terus menerus apa yang dimaksud dalam penyampaian topic atau materi yang dituangkan dalam sebuah karya didalam bacaan. Sehingga membuat anak malas membaca karena melihat topic atau materinya saja sudah menyulitkan pemahaman mereka.

Faktor penunjang dalam kegiatan membaca :
1.                                                Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha – usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca. Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri.
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak – anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak – anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak – anak dalam memahami bacaan akan meningkat.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak – anak. Anak – anak yang kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru
2.                                                Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata – rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi eenjadi pembaca yang baik.
3.                                                Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan. Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Di samping itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar belajar lebih intensif. Seseorang tidak berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa diwujudkan dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain dapat dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan yang menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa terbang lebih jauh.
4.                                                Keuletan
Sifat Ulet adalah lawan dari putus asa. Ulet juga berarti tidak mudah putus asa, yang disertai kemauan keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Siswa yang mau mencoba terus menerus tanpa menyerah dalam membaca, akan memiliki motivasi yang dalam dan membangkitkan dirinya dalam hal membaca.
5.                                                Konsentrasi
Membaca buku teks tanpa konsentrasi adalah membuang-buang waktu saja dan sebaiknya, sedapat mungkin, jangan melakukan hal itu.  Penulisan buku teks memang berbeda dari buku cerita.  Berbeda daro buku cerita atau novel yang bertujuan untuk menceritakan sesuatu, biasanya dengan memainkan emoasi pembaca, buku teks biasanya bersifat akademis dan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca. Kalau Anda membaca buku teks dengan santai, informasi yang diberikan buku teks tersebut akan hanya berlalu begitu saja, tidak masuk ke dalam ingatan Anda karena tidak Anda kaitkan dengan pemahaman Anda atau pengetahuan Anda sebelumnya,  Akibatnya, Anda tidak dapat memahami apa yang ingin disampaikan pengarang kepada Anda.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, konsentrasi memang sangat diperlukan dalam mengerjakan sesuatu.  Banyak buku yang mengajarkan cara meningkatkan konsentrasi, misalnya dengan cara meditasi dan sebagainya.  Tetapi, berdasarkan pengalaman, ada teknik sederhana yang dapat meningkatkan konsentrasi, terutama dalam belajar atau membaca buku.  Rahasia konsentrasi terletak pada kemampuan untuk membangkitkan minat terhadap apa yang Anda baca, pelajari, atau kerjakan.  Kalau Anda tertarik pada bacaan, pelajaran, apa sesuatu yang Anda kerjakan, insya Allah Anda akan dapat mengonsentrasikan perhatian Anda pada apa yang Anda baca, pelajari, atau kerjakan.  Bacaan atau pelajaran itu akan mudah Anda mengerti.
6.                                          Kompetensi bahasa
Membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Menurut Tarigan (1999:10-11), “Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu : (1) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau meaning.”
Hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau meaning pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.
7.                                                Kemampuan yang memadai
Kemampuan yang memadai yang dimiliki sang anak pun berpengaruh. Kemampuan yang dimaksudkan adalah kemmapuan membaca dengan cepat dengan pemahaman yang tinggi serta dorongan-dororngan dari faktor internal dan eksternal. Seperti dorongan dari kedua orangtua, dorongan dari lingkungan ia bermain.
8.                                                Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri.
Terdapat tiga aspek kematangan emosi dan sosial yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya akan lebih mudah memusatkan perhatian pada
teks yang dibacanya.
Glazer & Searfoss dalam Farida Rahim (2007: 30) mengemukakan bahwa siswa  perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan demikian, siswa akan menjadi yakin terhadap dirinya sendiri, penuh percaya diri, dan dapat mengerjakan tugas sesuai kemampuannya dengan baik.
a)      Adapun Solusi dalam Mengatasi Faktor Lingkungan
1.   Mengidentifikasi latar belakang penyebab timbulnya rasa atau sifat malas membaca (faktor intrinsik dan ekstrinsik). Unsur intrinsik meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan pengalaman serta percaya dalam memahami makna membaca.
2.   Belajar dengan cara banyak membaca untuk memahami sudut pandang tentang makna membaca (positif dan negatif). Dari sisi positif, membaca antara lain dipandang sebagai ibadah dan kebutuhan, kewajiban sosial, panggilan jiwa, aktualisasi diri, dan suatu kegiatan yang menyenangkan.
3.   Proses pembelajaran membaca yang lebih intensif lagi melalui aktif berkomunikasi dan bergaul dengan para pembaca atau ahli membaca dan juga pembaca keras-cerdas.
4.   Dengan hanya membaca, mendengar dan melihat orang membaca saja tidaklah cukup. Diperlukan bentuk pembelajaran lainnya yaitu mencoba terjun langsung membaca khususnya yang sesuai dengan bidang dan kompetensinya.
b)     Meningkatkan Minat Membaca
1.        Penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan hasil karya siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar membaca.
2.        Penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas.
3.        Penciptaan antusiasme pada individu siswa terhadap pentingnya membaca buku dan berbagai sumber ilmu lainnya.
4.        Pemanfaatan kegiatan membaca sebagai alat belajar seluruh bidang studi yang diampu oleh masing-masing guru.
5.        Pesan pesan edukatif yang disampaikan dengan gaya anak muda terpampang disetiap sudut sudut ruangan.
6.        Nukilan episode sebuah cerita selalu ada dalam mading sehingga menarik minat siswa untuk membaca.
7.        Rak buku yang di pajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya dengan ditampilkan laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”.
8.        Ada informasi mengenai kehebatan para penulisbeserta karya-karya penulis nasional di perpustakaan maupun mading.
9.        Ada poster berisi cuplikan isi buku baru dan laku keras di masyarakat.
10.      Ada display atau pajangan atau informasi buku-buku baru best seller dengan gaya yang atraktif di perpustakaan.
11.      Tersedia tempat buku atau baca buku lesehan di sekolah, misalnya di beranda musalah atau di depan-depan kelas.
12.      Tersedia ruangan khusus dengan satu atau dua komputer yang berisi permainan seputar perbukuan, kepenulisan, dan penulis.
Seorang pembaca perlu melakukan sesuatu agar dapat menumbuhkan dan selanjutnya meningkatkan minat bacanya, yaitu:
1)       Yakin bahwa gemar membaca merupakan hal yang terbaik untuk dapat bersaing diera global.
2)       Memiliki niat yang tulus untuk membaca.
3)       Library visit, seringlah mendatangi perpustakaan setiap ada waktu luang.
4)       Menambah wawasan dengan menyisihkan uang lebih untuk membeli buku minimal 1 bulan sekali.
5)       Mulailah membaca buku dengan membaca daftar isinya terlebih dahulu.
6)       Catatlah setiap ada informasi penting dari buku yang anda baca.
7)       Having fun with book, bersenang-senang dengan buku.
8)       Book talks, atau ceritakan atau sampaikan informasi yang telah anda peroleh setelah membaca buku kepada teman anda, begitu juga sebaliknya.
BAB III PENUTUP
1.                     KESIMPULAN
Faktor penghambat dalam kegiatan membaca :
ü  Siswa kurang mengenal huruf, bunyi bahasa (fonetik), dan bentuk kalimat.
ü  Siswa tidak memahami makna kata yang dibacanya
ü  Adanya perbedaan dialek siswa dengan pengucapan bahasa Indonesia yang baku.
ü  Siswa terlalu cepat membaca karena kemungkinan perasaannya tertekan.
ü  Siswa bingung meletakkan posisi kata.
ü  Siswa bingung dengan membaca huruf yang bunyinya sama, seperti: bunyi huruf /b/ dengan /p/
ü  Siswa kurang mengerti tentang arti tanda baca, maka tanda baca tidak perlu diperhatikannya.
ü  Terjadinya keragu-raguan dalam membaca
ü  Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa dalam diri siswa atau faktor fisiologis
ü  Tidak ada galakan daripada ibu bapak dalam hal membaca
ü  Topik atau materi dalam membaca

Faktor penunjang dalam kegiatan membaca :
ü  Minat
ü  Intelektual
ü  Motivasi
ü  Keuletan
ü  Konsentrasi
ü  Kemampuan yang memadai
ü  Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri.

a)      Adapun Solusi dalam Mengatasi Faktor Lingkungan
1.   Mengidentifikasi latar belakang penyebab timbulnya rasa atau sifat malas membaca (faktor intrinsik dan ekstrinsik). Unsur intrinsik meliputi pengetahuan, sikap, kemampuan, dan pengalaman serta percaya dalam memahami makna membaca.
2.   Belajar dengan cara banyak membaca untuk memahami sudut pandang tentang makna membaca (positif dan negatif). Dari sisi positif, membaca antara lain dipandang sebagai ibadah dan kebutuhan, kewajiban sosial, panggilan jiwa, aktualisasi diri, dan suatu kegiatan yang menyenangkan.
3.   Proses pembelajaran membaca yang lebih intensif lagi melalui aktif berkomunikasi dan bergaul dengan para pembaca atau ahli membaca dan juga pembaca keras-cerdas.
4.   Dengan hanya membaca, mendengar dan melihat orang membaca saja tidaklah cukup. Diperlukan bentuk pembelajaran lainnya yaitu mencoba terjun langsung membaca khususnya yang sesuai dengan bidang dan kompetensinya.
b)     Meningkatkan Minat Membaca
1.        Penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan hasil karya siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar membaca.
2.        Penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas judul buku maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas.
3.        Penciptaan antusiasme pada individu siswa terhadap pentingnya membaca buku dan berbagai sumber ilmu lainnya.
4.        Pemanfaatan kegiatan membaca sebagai alat belajar seluruh bidang studi yang diampu oleh masing-masing guru.
5.        Pesan pesan edukatif yang disampaikan dengan gaya anak muda terpampang disetiap sudut sudut ruangan.
6.        Nukilan episode sebuah cerita selalu ada dalam mading sehingga menarik minat siswa untuk membaca.
7.        Rak buku yang di pajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya dengan ditampilkan laksana “gedung bioskop” atau “gedung teater”.
8.        Ada informasi mengenai kehebatan para penulisbeserta karya-karya penulis nasional di perpustakaan maupun mading.
9.        Ada poster berisi cuplikan isi buku baru dan laku keras di masyarakat.
10.      Ada display atau pajangan atau informasi buku-buku baru best seller dengan gaya yang atraktif di perpustakaan.
11.      Tersedia tempat buku atau baca buku lesehan di sekolah, misalnya di beranda musalah atau di depan-depan kelas.
12.      Tersedia ruangan khusus dengan satu atau dua komputer yang berisi permainan seputar perbukuan, kepenulisan, dan penulis.
Seorang pembaca perlu melakukan sesuatu agar dapat menumbuhkan dan selanjutnya meningkatkan minat bacanya, yaitu:
1)       Yakin bahwa gemar membaca merupakan hal yang terbaik untuk dapat bersaing diera global.
2)       Memiliki niat yang tulus untuk membaca.
3)       Library visit, seringlah mendatangi perpustakaan setiap ada waktu luang.
4)       Menambah wawasan dengan menyisihkan uang lebih untuk membeli buku minimal 1 bulan sekali.
5)       Mulailah membaca buku dengan membaca daftar isinya terlebih dahulu.
6)       Catatlah setiap ada informasi penting dari buku yang anda baca.
7)       Having fun with book, bersenang-senang dengan buku.
8)       Book talks, atau ceritakan atau sampaikan informasi yang telah anda peroleh setelah membaca buku kepada teman anda, begitu juga sebaliknya.


2.       PERTANYAAN & JAWABAN

















3.      SARAN
1.      Dosen diharapkan menjelaskan keseluruhan dalam satu persatu bab dalam semua materi dalam sebuah buku yang digunakan. Mahasiswa terkadang kurang memahami apa yang disampaikan oleh kawannya dalam sebuah persentasi
2.      Lebih diperbanyak bimbingan terhadap suatu penampilan sebelum persentasi

1 comment: